Makalah Pendekatan Sistem Dalam Pembelajaran
PENDEKATAN SISTEM DALAM PEMBELAJARAN
Disusun untuk Pemenuhan Tugas Mata Kuliah Perencanaan Pembelajaran Fakultas Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Darud Da’wah Wal Irsyad
DDI Mangkoso Angkatan tahun 2016
OLEH : KELOMPOK I
AMIR VUR NUHUYANAN
MUH ARIF AYATULLAH
SM RENALDY ASS
ISMAIL SANJAYA
BAHRUM NUR
DANDI
SEMESTER V
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUD DA’WAH WAL IRSYAD
MANGKOSO KABUPATEN BARRU
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR
بسم الله الرØمن الرØيم
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kita berbagai macam nikmat, di antaranya yaitu nikmat iman, nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga makalah ini dapat kami selesaikan. Salawat serta salam tercurahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW, juga kepada umat beliau yang senantiasa istiqamah bersamanya dalam mengarungi bahtera kehidupan dan melaksanakan tugas kemanusiaan ini hingga hari akhir.
Dengan penuh hormat, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu, khususnya kepada dosen pembimbing dalam hal ini bapak Riyo Asmin Syaifin, S.Pd.I., M.Pd., yang telah mentransfer ilmunya sehingga makalah yang berjudul “Pendekatan Sistem dalam Pembelajaran” ini bisa terselesaikan sebagai tugas mata kuliah Perencanaan Pengajaran.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun, dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Mangkoso, 23 September 2018
Penulis
DAFTAR ISI
SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Sistem Pendekatan dalam Pembelajaran 3
B. Bentuk bentuk Pendekatan Sistem dalam Pembelajaran 5
C. Komponen komponen Sistem dalam Pembelajaran 10
D. Manfaat Pendekatan Sistem dalam Pembelajaran 12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 15
B. Kritik dan Saran 15
DAFTAR PUSTAKA 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method, or series activities designed to achieves a particular educational goal. Jadi dengan demikian strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Selain strategi, metode, dan pendekatan pembelajaran pembelajaran, terdapat juga istilah lain yang kadang-kadang sulit untuk dibedakan, yaitu tekhnik dan taktik mengajar. Tekhnik dan taktik mengajar merupakan penjabaran dari metode pembelajaran.
Pendidikan beserta kelembagaannya sering mengalami inovasi dan peka terhadap perubahan sosial. Perencanaan pendidikan harus dimulai dari identifikiasi kebutuhan, yaitu kebutuhan perkembangan anak didik seirama dengan perkembangan masyarakat.
Dengan adanya sistem yang terorganisir, dan diaplikasikan dalam proses pengajaran, maka akan mengendalikan keadaan tanpa terprovokasi oleh yang audiens atau para peserta didik. Mampu menggugah motivasi dan kesadaran. Dan mampu mengarahkan potensi dan kemampuan.
Sistem sangat penting di dalam pengajaran sebab dengan adanya sistem, maka terciptalah tenaga profesional yang mampu bertugas dengan baik, merencanakan dan melakukan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Sistem Pendekatan Dalam Pembelajaran?
2. Bagaimana Bentuk bentuk Sistem Pendekatan Dalam Pembelajaran?
3. Apa Komponen komponen Sistem Dalam Pembelajaran?
4. Apa Manfaat Sistem Pendekatan Dalam Pembelajaran?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sistem dalam Pembelajaran
Sistem bukanlah “cara” atau “metode” seperti yang banyak dikatakan oleh orang banyak. Cara hanyalah bagian kecil dari suatu sistem. Istilah sistem meliputi spektrum yang sangat luas. Misalnya manusia, binatang, alam semesta, mobil, motor, lembaga tertentu adalah sebagai suatu sistem. Mengapa semuanya itu dinamakan suatu sistem? Karena contoh-contoh di atas memiliki komponen-komponen tertentu yang berfungsi untuk mencapai tujuan tertentu pula. Misalnya manusia. Manusia sebagai suatu sistem, Karena manusia memiliki komponen-komponen tertentu yang satu sama lain saling berkaitan. Dalam tubuh manusia, ada komponen mata, hidung, mulut, tangan, kaki, dan lain sebagainya. Setiap komponen tersebut memiliki yang pasti. Hidung berfungsi untuk mencium, telinga berfungsi untuk mendengar, mata berfungsi untuk melihat, dan lain sebagainya. Setiap komponen dalam tubuh manusia itu saling berhubungan satu sama lain. Manakala hidung kita sakit, maka bukan hanya hidung yang terasa nyeri akan tetapi seluruh tubuh akan ikut sakit; demikian juga, manakala mata kita sakit, bukan hanya mata yang sakit yang berarti akan berpengaruh terhadap sistem tubuh secara keseluruhan.
Jadi kalau demikian, apa yang dimaksud dengan sistem itu? Sistem dapat diartikan sebagai satu kesatuan komponen yang satu sama lain saling berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu. Dari konsep tersebut, ada tiga ciri utama suatu sistem. Pertama , suatu sistem memiliki tujuan tertentu; kedua, untuk mencapai tujuan sebuah sistem memiliki fungsi-fungsi tertentu; ketiga, untuk menggerakkan fungsi, suatu sistem harus ditunjang oleh berbagai komponen. Sekarang marilah kita lihat ketiga hal tersebut.
1. Setiap sistem bertujuan
Adakah suatu sistem tanpa tujuan? Tentu tidak. Setiap sistem pasti memiliki tujan. Tujuan manusia sebagai organisme adalah agar dapat melaksanaakn tuga kehidupannya. Tujuan keberadaan kendaraan sebagai suatu sistem, adalah agar dapat mengantarkan penumpangnya lebih cepat, aman, dan nyaman. Tujuan keberadaan lembaga pendidikan adalah agar dapat melayani setiap anak didik untuk mencapai tujuan pendidikannya. Jadi dengan demikian, setiap sistem mesti memiliki tujuan yang pasti. Tujuan itukah yang menggerakkan sistem.
2. Setiap sistem memiliki fungsi
Untuk mencapai tujuan, setiap sistem memiliki fungsi tertentu. Misalnya, agar manusia dapat melaksanakan tugas kehidupannya, mesti tubuh manusia memerlukan fungsi pernapasan, pencernaan, penglihatan, fungsi peredaran darah, fungsi pendengaran, dan lain sebagainya. Agar suatu kendaraan dapat mengantarkan penumpangnya lebih cepat dengan aman, dan nyaman, mesti memiliki fungsi pengaturan penggerak, fungsi pengatur arah, fungsi kenyamanan, fungsi pengamanan, dan lain sebagainya. Agar proses pendidikan berjalan dan dapat mencapai tujuan secara optimal diperlukan fungsi perencanaan, fungsi administrasi, fungsi kurikulum, fungsi bimbingan, dan lain sebagainya. Fungsi inilah yang terus-menerus berproses hingga tercapainya tujuan.
3. Setiap sistem memiliki komponen
Untuk melaksanakan fungsi-fungsinya, setiap sistem mesti memiliki komponen-komponen yang satu sama lain saling berhubungan. Komponen-komponen inilah yang dapat menentukan kelancaran proses suatu sistem. Misalnya, agar fungsi pencernaan berjalan dalam sistem tubuh manusia maka diperlukan komponen lambung; agar fungsi penglihatan berjalan diperlukan komponen mata; agar fungsi peredaran darah berjalan dengan sempurna diperlukan komponen jantung, dan lain sebagainya. Agar fungsi pengatur arah berjalan dalam sistem kendaraan, diperlukan komponen stir; agar fungsi penggerak dapat berjalan dengan baik diperlukan komponen silabus dan RPP, agar fungsi administrasi dapat menunjang kebersihan sistem pendidikan diperlukan komponen tujuan, isi/materi pelajaran, strategi pembelajaran serta komponen evaluasi pembelajaran. Sebagai suatu sistem setiap komponen harus dapat melaksanakan fungsinya dengan tepat. Manakala salah satu komponen tidak berfungsi, maka akan memengaruhi sistem tersebut.
Sistem pembelajaran adalah suatu kombinasi terorganisasi yang meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang berinteraksi untuk mencapi suau tujuan.
B. Bentuk bentuk Pendekatan dalam Belajar Mengajar
Pendekatan dalam belajar mengajar terdapat tiga macam pendekatan, yakni: (a) Pendekatan Individualistis, (b) Pendekatan Kelompok, dan (c) Pendekatan Campuran.
1. Pendekatan Individualistis
Pendekatan individualistik dalam proses pembelajaran, adalah sebuah pendekatan yang bertolak pada asumsi bahwa peserta didik memiliki latar belakang perbedaan dari segi kecerdasan, bakat, kecenderungan, motivasi dan sebagainya. Perbedaan individualistis peserta didik tersebut memberikan wawasan kepada guru bahwa strategi pembelajaran harus memerhatikan perbedaan peserta didik pada aspek individu ini. Dengan kata lain, guru harus melakukan pendekatan individual dalam strategi belajar mengajarnya. Bila hal ini tidak dilakukan, maka strategi belajar tuntas (mastery learning) yang menuntut penguasaan kepada peserta didik tidak pernah menjadi kenyataan. Dengan pendekatan individual ini kepada peserta didik dapat diharapkan memiliki tingkat penguasaan materi yang optimal.
Pendekatan belajar individualistis ini berguna untuk mengatasi pesrta didik yang suka banyak bicara atau membuat keributan di dalam kelas. Caranya antara lain adalah dengan memindahkan salah satu peserta didik tersebut tadi pada tempat yang terpisah jarak dengan jarak yang cukup jauh dari peserta didik yang lainnya. Peserta didik yang suka berbicara ditempatkan pada anak didik yang pendiam.
Ajaran islam mengakui adanya perbedaan yang dimiliki umat manusia, dan karena adanya perbedaan itulah, diantara mereka ada yang menjadi pemimpin, dan yang lainnya menjadi yang dipimpin.
Pendekatan individualistis ini memiliki arti penting bagi kegiatan pengajaran, terutama dalam hal pengelolaan kelas. Pemilihan metode pengajaran, sebagaimana yang akan dijelaskan nanti tidak dapat begitu saja mengabaikan kegunaan pendekatan individualistis. Melalui pendekatan ini, kesulitan peserta didik dalam belajar segera dapat dipecahkan. Pendekatan individualistik juga adalah merupakan pendekatan yang demokratis, karena memperlakukan setiap peserta didik sesuai dengan keinginannya. Dan dengan pendekatan ini, penghargaan terhadap kecakapan peserta didik yang berbeda-beda dapat dilakukan. Bagi peserta didik yang mau belajar sungguh-sungguh dan cerdas, memiliki kesempatan dan peluang untuk belajar lebih cepat. Sebaliknya, peserta didik yang kurang cerdas dan kurang sungguh-sungguh dapat menyelesaikan pelajarannya sesuai dengan kemampuannya.
Namun demikian, pendekatan ini selain memiliki manfaat dan keuntungan, juga tidak terlepas dari kekurangan. Pendekatan individualistis mengharuskan seorang guru memberikan perlakuan yang berbeda-beda pada setiap peserta didik. Keadaan ini amat menyulitkan, jika jumlah peserta didiknya cukup banyak, karena akan memakan waktu yang cukup banyak pula. Dan karenanya kurang efisien. Selain itu, pendekatan ini juga mengharuskan adanya desain kelas yang kecil-kecil (small class) yang jumlahnya cukup banyak. Kelas kecil yang cukup banyak ini tidak dapat ditangani hanya oleh satu orang guru, melainkan oleh sebuah team teacher. Pendekatan ini menyebabkan peserta didik kurang memiliki kesempatan untuk bersosialisasi, dan gilirannya dapat menimbulkan sikap individualistis pada peserta didik.
2. Pendekatan Kelompok
Pendekatan kelompok adalah sebuah pendekatan yang didasarkan pada pandangan, bahwa pada setiap peserta didik terdapat perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan yang antara satu dan yang lainnya. Perbedaan yang peserta didik yang satu dengan yang lainnya ini bukanlah untuk dipertentangkan atau dipisahkan, melainkan harus diintegrasikan. Seorang peserta didik yang cerdas misalnya, dapat disatukan dengan peserta didik yang kurang cerdas, sehingga peserta didik yang kurang cerdas itu dapat ditolong oleh peserta didik yang cerdas. Demikian pula persamaan yang dimiliki antara peserta didik yang satu dengan yang lainnya dapat disinergikan, sehingga dapat saling menunjang secara optimal.
Selain itu, pendekatan kelompok ini juga didasarkan pada asumsi, bahwa setiap anak didik memiliki kecenderungan untuk berteman dan berkelompok dalam rangka memperoleh pengalaman hidup dan bersosialisasi dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan pendekatan kelompok diharapkan dapat ditumbuhkan rasa social yang tinggi pada setiap peserta didik, dan sekaligus untuk mengendalikan rasa egoism yang ada di dalam diri mereka masing-masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial di dalam kelas.
Dengan pendekatan kelompok ini, mereka diharapkan memiliki kesadaran bahwa hidup ini ternyata saling membutuhkan dan saling bergantung antara satu sama lain. Tidak ada makhluk hidup yang terus-menerus dapat mencukupi dirinya tanpa bantuan dari orang lain.
Melalui pendekatan ini, peserta didik dibiasakan hidup dan bekerja sama dalam kelompok, dan akan menyadari bahwa dirinya disamping memiliki kelebihan juga memiliki kekurangan. Yang memiliki kelebihan dengan ikhlas mau membantu mereka yang mempunyai kekurangan. Sebaliknya mereka yang memiliki kekurangan, dengan rela hati mau belajar dengan rasa senang kepada yang lebih pandai. Melalui pendekatan kelompok ini, dimungkinkan akan terjadi kompetisi yang sehat dalam meraih nilai terbaik, berprestasi dalam pertandingan, dan lain sebagainya. Keadaan ini pada gilirannya akan menimbulkan sikap anak didik yang aktif, kreatif dan inofatif.
Sehubungan dengan penggunaan pendekatan kelompok sebagaimana tersebut di atas, terdapat sejumlah faktor yang perlu untuk dipertimbangkan, seperti faktor tujuan, peralatan dan sumber belajar, metode yang akan dipergunakan, lingkungan tempat belajar serta tempat belajar anak didik itu sendiri. Dengan demikian, penggunaan pendekatan kelompok ini tidak dapat dilakukan secara sembrono atau tanpa perhitungan yang matang.
Dalam hal pengelolaan kelas misalnya, harus dipertimbangkan hal-hal yang terkait dengan tempat duduk peserta didik, bagi dari segi biologis, psikologis, intelektual, dan sebagainya. Beberapa hasil penelitian para ahli menunjukkan, bahwa interaksi dan komunikasi antarpeserta didik dalam kelompok antara lain, karena adanya persamaan kecenderungan, bakat, minat, dan keakraban satu sama lain. Sebagai contoh seorang peserta didik yang tertarik masuk ke pesantren, akan merasakan kenikmatan dalam lingkungan belajar tersebut, sehingga mereka merasa betah berada dan belajar di pesantren selama bertahun-tahun, walaupun jauh dari orang tua dan keramaian, serta harus tunduk pada disiplin yang ketat dan lain sebagainya. Hal ini akan berbeda dengan peserta didik yang tidak tertarik belajar di pesantren. Ia akan merasakan bahwa berada dan belajar di pesantren dirasakan sebagai beban yang dipaksakan. Keadaan ini membuat ia berada dalam lingkungan belajar tersebut seperti berada dalam sebuah camp pengungsian atau mungkin seperti dalam tahanan.
3. Pendekatan Campuran
Pendekatan campuran, yaitu sebuah pendekatan yang bertumpu pada upaya mengnyinergikan keunggulan yang terdapat pada pendekatan individual dan keunggulan yang terdapat pada pendekatan kelompok. Namun dalam praktiknya, pendekatan campuran ini akan jauh lebih banyak masalahnya dibandingkan dengan dua pendekatan yang telah disebutkan.
4. Pendekatan Edukatif
Jika pembagian pendekatan tersebut di atas, didasarkan pada kondisi anak didik yang beragam baik dari segi jumlah maupun kemampuannya, maka pada pendekatan edukatif ini bertolak dari seberapa jauh dari sebuah pendekatan yang dilakukan dapat memberi pengaruh bagi perbaikan sikap mental dan kepribadian anak didik. Dengan demikian sebuah pendekatan sesungguhnya amat beragam, tergantung pada dasar yang digunakannya. Sebuah pendekatan dapat meggunakan dasar disiplin keilmuan, perbedaan individu, nilai yang akan ditanamkan, dan lain sebagainya. Sebuah pendekatan yang menggunakan dasar disiplin ilmu, misalnya, menghasilkan pendekatan teologis, filsafat, psikologis, historis, politis, sosiologis, kebudayaan, dan seterusnya.
C. Komponen Sistem Pembelajaran
Komponen sistem pembelajaran adalah proses pengambilan keputusan hasil berpikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu, perencanaan pembelajaran mengarah pada proses penerjemahan kurikulum yang berlaku. Komponen-komponen tersebut yakni:
1. Siswa
Proses pembelajaran pada hakikatnya diarahkan untuk membelajarkan siswa agar dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dengan demikian, maka proses pengembangan perencanaan dan desain pembelajaran, siswa harus dijadikan pusat dari segala kegiatan. Artinya, keputusan-keputusan yang diambil dalam perencanaan dan desain pembelajaran disesuaikan dengan kondisi siswa yang bersangkutan, baik sesuai kemampuan dasar, minat dan bakat, motivasi belajar, dan gaya belajar siswa itu sendiri.
2. Tujuan
Tujuan adalah komponen terpenting dalam pembelajaran setelah komponen siswa sebagai subjek belajar.
Dalam konteks pendidikan, persoalan tujuan merupakan persoalan tentang misi dan visi suatu lembaga pendidikan itu sendiri. Artinya tujuan penyelenggaraan pendidikan diturunkan dari visi dan misi lembaga pendidikan itu sendiri, misalnya:
a. Melatih siswa agar memiliki kemampuan tinggi dalam bidang permesinan.
b. Mengajarkan keterampilan dasar bagi siswa.
c. Memberikan jaminan agar lulusan menjadi tenaga kerja yang efektif dalam bidang tertentu, memiliki kreativitas yang tinggi dan lain sebagainya.
d. Memberikan pelajaran agar siswa memiliki kemampuan dalam membaca, menulis dan berhitung.
e. Menjamin agar lulusan memiliki kemampuan untuk dapat berkarir atau bekerja dalam bidang ekonomi, consumer information, musik dan seni, serta bidang olahraga.
D. Manfaat Pendekatan Sistem dalam Pembelajaran
Merencanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan sistem memiliki beberapa manfaat, di antaranya: pertama, melalui pendekatan sistem, arah dan tujuan pembelajaran dapat direncanakan dengan jelas. Mengajar adalah proses yangt bertujuan. Mau dibawa ke mana siswa? Apa yangt harus mereka lakukan dalam proses pembelajaran? Semuanya trgantung pada tujuan yang ingin dicapai. Melalui tujuan itulah kita dapat menetapkan arah dan sasaran dengan pasti.
Perumusan tujuan merupakan salah satu karakteristik pendekatan sistem. Penentuan komponen-komponen pembelajaran pada dasarnya diarahkan untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, segala usaha baik guru maupun siswa diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Oleh sebab itu, melalui pendekatan sistem setiap guru dapat lebih memahami tujuan dan arah pembelajaran, sehingga melalui tujuan jelas, bukan saja dapat menentukan langkah-langkah pembelajaran dan pengembangan komponen yang lainnya, akan tetapi juga dapat dijadikan kriteria efektivitas proses pembelajaran.
Dapat kita bayangkan apa yang akan terjadi, manakala dalam suatu proses pembelajaran tanpa adanya tujuan yang jelas. Tentu, proses pembelajaran tidak akan menjadi fokus, dalam arti pembelajaran akan menjadi tidak bermakna serta sulit menentukan efektivitas proses pembalajaran.
Kedua, pendekatan sistem menuntun guru pada kegiatan yang sistematis. Befikir secara sistem adalah berpikir secara teratur, sehingga melalui langkah-langkah yang jelas dan pasti memungkinkan hasil yang diperoleh akan maksimal. Sebab melalui langkah yang sistematis kita dituntun untuk melakukan proses pembalajaran setahap demi setahap dari seluruh rangkaian kegiatan, sehingga kemungkinan kegagalan dapat dihindari. Dengan demikian, pendekatan sistem juga dapat menghindari kegiatan-kegiatan yang tidak perlu dilakuakan.
Ketiga, pendekatan sistem dapat merancang pembelajaran dengan mengoptimalkan segala potensi dan sumber daya yang tersedia. Sistem dirancang agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal. Dengan demikian, berpikir sitematis adalah berpikir bagaimana agar tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh siswa. Demi ketercapaian tujuan pembelajaran dalam kerangaka sistem itulah setiap guru berusaha memanfaatkan seluruh potensi yang relevan dan tersedia.
Keempat, pendekatan sistem dapat memberikian umpan balik. Melalui proses umpan balik dalam pendekatan sistem, dapat diketahui apakah tujuan itu telah berhasil dicapai atau belum. Hal ini sangat penting sebab mencapai tujuan merupakan tujuan utama dalam berpikir sistemik. Misalnya, manakala berdasarkan umpan balik diketahui tujuan tidak berhasil dicapai, komponen mana yang perlu diperbaiki, dan komponen mana yang perlu diperbaiki, dan komponen mana yang perlu dipertahankan? Apakah setiap komponen harus dilakukan penyesuaian atau hanya komponen tertentu saja? Bagaimana kadar perbaikan setiap komponen tersebut? Semua itu dapat diperoleh dari hasil kajian umpan balik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian yang kami sampaikan di atas, dapatlah kami mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Sistem dapat diartikan sebagai satu kesatuan komponen yang satu sama lain saling berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Dengan melalui pendekatan sistem, arah dan tujuan pembelajaran dapat direncanakan dengan jelas. Mengajar adalah proses yang bertujuan. Mau dibawa ke mana siswa tergantung dari arahnya.
3. Dengan menggunakan pendekatan dalam proses pengajaran, maka masalah-masalah dalam pengajaran dapat diatasi.
4. Komponen pembelajaran adalah proses pengambilan keputusan hasil berpikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu.
B. Kritik dan Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, sebab kesempurnaan hanya milik Allah SWT, berkenaan dengan hal ini kami sangat membutuhkan kritik serta saran yang dapat membangun dalam pembuatan makalah kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Muzayyin. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2014.
Izzuddin, Abu Solikhin. New Quantum Tarbiyah: Membentuk Kader Dahsyat Full Manfaat. Yogyakarta: Pro-U Media, 2009
Kadir, Abdul, dkk. Dasar-dasar Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2012.
Nata, Abuddin. Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana, 2009.
Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana, 2008.
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran: Orientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2016.