Makalah Metodologi Studi Pendidikan Islam

METODOLOGI STUDI PENDIDIKAN ISLAM

Disusun Untuk Pemenuhan Tugas Mata Kuliah Telaah Kurikulum Pendidikan Agama Islam Jurusan syariahSekolah Tinggi Agama Islam Darud
Da’wah Wal-IrsyadMangkoso Angkatan Tahun 2015

Oleh
KELOMPOK 7

SEMESTER II SYARIAH
TAHUN 2018




KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji dan syukur dengan tulus dipanjatkan ke hadirat Allah Swt. Karna berkat taufik dan hidayat-nya, kami atas nama Kelompok 7 telah berhasil menyusun sebuah makalah dengan judul Metodologi Study Pendidikan Islami. Tentu dengan segala kekurangan yang mungkin tercantum di dalamnya baik dari segi isi pembahasan, maupun dari segi penulisan yang mungkin masih banyak yang tidak sesuai dengan  kaidah penulisan ilmiah dikarenakan ini merupakan pengalaman pertama penulis dalam membuat sebuah karya ilmiah, jadi kiranya di mohon pengertiannya untuk memaklumi kesalahan penulis.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah untuk junjungan kita Nabi Besar Muhammad Saw. Serta seluruh keluarga dan sahabatnya hingga akhir zaman, dengan diiringi upaya meneladani  akhlaknya yang mulia.
Sebagaimana yang telah kami paparkan diatas Makalah ini kami susun dengan upaya sebaik mungkin meskipun tak dapat dipungkiri masih banyak kesalahan yang terkandung di dalamnya. Makalah ini kami susun dengan berdasar pada karya tulisan yang dibukukan oleh Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A. Dengan judul bukunya Metodologi Studi Islam. Sehingga kiranya apabila pembaca merasa ganjil dengan yang kami paparkan maka pembaca dapat melihat lngsung pada sumbernya.
Mangkoso, 3 Agustus 2019,
PENULIS

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................. i
DAFTAR ISI................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A.    Latar belakang..................................... 1
B.     Rumusan masalah................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Pendidikan Islam.............. 3
B.     Aspek-aspek Pendidikan Islam........... 6
C.     Model Penelitian Pendidikan Islam.... 7
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan......................................... 13
DAFTAR PUSTAKA.................................. 14



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Tidaklah berlebihan jika ada sebuah ungkapan “aththariqah ahammu minal maddah”, bahwa metode jauh lebih penting dibanding materi, karena sebaik apapun tujuan pendidikan, jika tidak didukung oleh metode yang tepat, tujuan tersebut sangat sulit untuk dapat tercapai dengan baik. Sebuah metode akan mempengaruhi sampai tidaknya suatu informasi secara lengkap atau tidak.. Oleh sebab itu pemilihan metode pendidikan harus dilakukan secara cermat, disesuaikan dengan berbagai faktor terkait, sehingga hasil pendidikan dapat memuaskan. Apa yang dilakukan Rasulullah SAW saat menyampaikan wahyu Allah kepada para sahabatnya bisa kita teladani,  karena Rasul saw. sejak awal sudah   mengimplementasikan metode pendidikan yang tepat terhadap para sahabatnya. Strategi pembelajaran yang beliau lakukan sangat akurat dalam menyampaikan ajaran Islam. Rasul saw. sangat memperhatikan situasi, kondisi dan karakter seseorang, sehingga nilai-nilai Islami dapat ditransfer dengan baik. Rasulullah saw. juga sangat memahami naluri dan kondisi setiap orang, sehingga beliau mampu menjadikan mereka suka cita, baik meterial maupun spiritual, beliau senantiasa mengajak orang untuk mendekati Allah swt. dan syari’at-Nya.[1]


B.  Rumusan Masalah
Untuk mempermudah pembahasan dalam makalah ini dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
  1. Apakah yang dimaksud dengan Pendidikan Islam ?
  2. Apa Saja Aspek-aspek yang tercakup dalam Pendidikan Islam tersebut?
  3. Metode atau model apa saja yang digunakan dalam Pendidikan Islam ?


BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengerrtian Pendidikan Islam
Dari segi bahasa pendidikan dapatdi artikan perbuatan (hal, cara, dan sebagainya).Mendidik: dan berarti pula pengetahuan tentang mendidik atau pemeliharaan (latihan-latihan dan sebagainya) badan, batin, dan sebagainya.
Dalam bahasa arab, para pakar pendidikan pada umumnya menggunakan kata tarbiyah untuk arti pendidikan. Ahmad Fuad Al-ahwani, Ali Khalil Abu Al-Ainain, Muhammad Athiyah Al-Abrasyi dan Muhammad Munir Mursyi misalnya menggunakan kata Tarbiyah untuk arti pendidikan.
Adapun pengertian pendidikan dari segi istilah kita dapat merujuk kepada berbagai sumber yang diberikan para ahli pendidikan. Dalam undang-undang tentang system pendidikan nasional (UU RI NO.2 Th. 1989) dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi perannya dimasa yang akan datang.
Selanjutnya, bapak pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara, mengatakan bahwa pendidikan berarti daya upaya untuk memajukan pertumbuhan budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect) dan tubuh anak yang antara satu da yang lainnya saling berhubungan agar dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan dunianya.

Dari defenisi tersebut dapat kita ketahui bahwa pendidikan adalah merupakan usaha atau proses yang di tujukan untuk membina kualitas sumber daya manusia seutuhnya agar ia dapat melakukan perannya dalam kehidupan secara fungsional dan optimal. Degan demikian, pedidikan pada intinya menolong manusia agar dapat menunjukkan eksistensinya secara fungsional di tengah-tengah kehidupan manusia. Pendidikan demikian akan dapat dirasakan manfaatnya bagi manusia.
Adapun pengertian islam berasal dari bahasa Arab aslama, yuslimu, islaman yang berarti berserah diri, patuh, dan tunduk. Kata aslama tersebut pada mulanya berasal dari salima, yang berarti selamat, sentosa, dan damai. Dari pengertian demikian, secara harfiah islam dapat diartikan patuh, tunduk, berserah diri (kepada Allah) untuk mencapai keselamatan.  Pengertian islam dari segi kebahasaan ini sudah mengacu kepada misi islam itu sendiri yaitu mengajak manusia agar hidup aman,damai,dan selamat dunia akhirat dengan cara patuh dan tunduk kepada allah,yang selanjutnya upaya ini di sebut dengan ibadah.
Selanjutnya,islam menjadi nama bagi suatu agama yang ajaran-ajaranya di wahyukan tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad saw.sebagai rasul.islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mencapai satu segi,tetapi mengenai berbagi segi dari kehidupan manusia.
Sebagai agama yang bersumber pada wahyu (AL-QUR’AN) dan AL-sunnah,islam terbukti memiliki ajaran yang koomrehensif,yaitu ajaran yang tidak hanya ditujukan untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia ini,melainkan di akhirat nanti.dengan sifat yang demikian itu,islam memiliki ciri ajaran tauhid dan persatuan,memuliakan manusia,memandang hukum alam sebagai ketentuan tuhan,menghargai akal dan ilmu,memberikan kebebasan,kemerdekaan,keadilan dan persaudaraan,mengutamakn amal,mendorong terciptanya akhlak yang mulia,mengajarkan kehidupan sosial,mengutamakan toleransi,mengutamakan kepemimpinan yang beriman,dan menghendaki ulama yang ahli bidangnya.
Selanjutnya,jika kata pendidikan dan disatukan menjadi pendidikan isam,artinya secara sederhana adalah pendidikan yang berdasarkan ajatan islam dengan ciri-cirinya sebagaimana tersebut di atas.namun,dalam arti yang lebih luas pendidikan islam memiliki pengertian yang bermacam-macam.sebagian ada yang mengatakan bahwa pendidikan islam adalah proses pewarisan dan pengembangan budaya manusia yang bersumber dan berpedomankan ajaran islam sebagaimana termaktub dalam al-qur’an dan terjabar dalam sunnah rosul.pakar lainya berpendapat bahwa pendidikan islam merupakan pergaulan yang mengandung rasa kemanusiaan terhadap anak dan mengarahkan kepada kebaikan di sertai dengan perasaan cinta kasih kebapakan dengan menyediakan suasana yang baik di mana bakat dan kemampuan anak dapat tumbuh berkembang secara lurus.sementara itu,pakar lainya berpendapat bahwa pendidikan islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukuman-hukuman agama islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran islam.
Secara keseluruhan,defenisi yang bertemakan pendidikan islam itu mengacu kepada suatu pengertian bahwa yang di maksud dengan pendidikan islam adalah upaya membimbing,mengarahkan,dan membina peserta didikan yang dilakukan secara sadar dan terencana agar terbina suatu kepribadian yang utama sesuai dengan nilai-nilai ajaran islam.tujuan ini secara hirrarkis bersifat ideal,bahkan universal.tujuan tersebut dapat di jabarkan pada tingkat yang lebih rendah lai,menjadi tujuan yang bercorak nasional,institusional,terminal,klasikan,perbandingan studi,per pokok ajaran,sampai dengan setiap kali melaksanakan kegiatan belajar mengajar.[2]
B.       Aspek-Aspek Pendidikan Islam
Pendidikan Islam sebagaimana pendidikan lainnya meiliki berbagai aspek yang tercakup didalamnya. Aspek tersebut dapat dilihat dari segi cakupan materi didikannya, filsafatnya, sejarahnya, kelembagaannya, sistemnya, dan dari segi kedudukannya sebagai sebuah ilmu.Dari segi aspek materi didikannya, Pendidikan Islam sekurang-kurangnnya mencakup pendidikan fisik, akal, agama (akidah dan syariah), akhlak, kejiwaannya, rasa keindahan, dan sosial kemasyarakan.
Berbagai aspek materi yang tercakup dalam Pendidikan Islam tersebut dapat dilihat dalam Al-quran dan Al-sunnah serta pendapat para ulama.Pendapat lain mengatakan bahwa materi Pendidikan Islam itu pada prinsipnya ada dua, yaitu materi didikan yang berkenaan dengan masalah keduniaan dan materi didikan yang berkenaan dengan masalah keakhiratan. Hal ini didasarkan pada kandungan ajaran Islam yang mengajarkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Dari segi sejarah atau periodenya, pendidkan Islam mencakup:
1.    Periode pembinaan Islam yang berlangsung pada zaman Nabi Muhammad Saw. Masaini berlangsung sejak Nabi Muhammad Saw. Menerima wahyu dan menerima pengangkatannya sebagai rasul, sampai dengan lengkap dan sempurnanya ajaran Islam menjadi warisan budaya umat Islam. Masa tersebut berlangsung selama lebih kurang 23 tahun, yaitu sejak Nabi Muhammad Saw. Menerima wahyu pertama kali, yaitu tanggal 17 bulan Ramadhan ditahun sebelum hijrah, bertepatan dengan 6 Agustus 610 Masehi.,sampai dengan wafatnya pada tanggal 12 Rabiul Awwal, tahun 11 hijriyah.
2.    Periode pertumbuhan Pendidikan Islam yang berlangsung sejak zaman  Nabi Muhammad wafat sampai masa akhir Bani Umayyah. yang diwarnai oleh berkembangnya ilmu-ilmu naqliyah. Pada masa pertumbuhan dan perkembangannya itu, Pendidikan Islam mempunyai dua sasaran. Pertama, yaitu generasi muda sebagai generasi penerus dan masyarakat bangsa lain yang belum menerima ajaran Islam; dan kedua, adalah penyampaian ajaran Islam dan usaha internalisasinya dalam masyarakat bangsa yang baru menerimanya yang didialam Islam lazim disebut sebagai dakwah Islami
3.    Periode kejayaan (puncak perkembangan) Pendidikan Islam, yang berlangsung sejak permulaan Daulah Abbasiyah sampai dengan jatuhyna Baghdad, yang diwarnai oleh berkembangnya ilmu aqliyah dan timbulnya madrsah, serta memuncaknya perkembangan kebudayaan Islam;
4.    Periode kemunduran Pendidikan Islam, yaitu sejak jatuhnya Baghdad sampai jatuhnya Mesir ke tangan Napolen, yang ditandai dengan runtuhnya sendi-sendi kebudayaan Islam dan berpindahnya pusat-pusat pengembangan kebudayaan ke dunia Barat;
5.    Periode pembaharuan Pendidikan Islam yang berlangsung sejak pendudukan Mesir oleh Napoleon sampai masa kini, yang ditandai oleh gejala-gejala kebangkitan kembali umat dan kebudayaan Islam.[3]



C.      Model Penelitian Ilmu Pendidikan Islam
Dilihat dari segi objek kajiannya, Ilmu Pendidikan dapat dibagi kepada tiga bagian.Pertama, ada pengetahuan ilmu, yaitu pengetahuan tentang hal-hal atau objek-objek yang empiris, diperoleh dengan melakukan penelitian ilmiah, dan tori-teorinya bersifat logis dan empirsis. Pengujian teorinya pun diukir secara logis dan empiris. Bila logis dan empiris, teori ilmu itu benar, dan inilah yang selanjutnya disebut science.
Kedua, pengetahuan filsafat, yaitu pengetahuan tentang objek-objek yang abstrak logis, diperoleh dengan berfikir, dan teori-teorinya bersifat logis dan hanya logis ( tidak empiris). Kebenaran dan kesalahan teori filsafat hanya diukur dengan logika; bila logis dinilai benar; bila tidak maka salah. Bila logis danada bukti empiris, teori itu bukan teori filsafat, melainkan teori ilmu (sains).
Ketiga, pengetahuan mistik yaitu pengetahuan yang objek-objeknya tidak bersifat empiris, dan tidak pula  terjangkau oleh logika. Objek pengetahuan ini bersifat abstrak, supra logis. Objek ini dapat diketahui melalui berbagai cara, misalnya dengan merasakan pengetahuan batin, dengan latihan atau cara lain. Pengetahuan kita tentang yang gaib, diperoleh dengan cara ini.
Berdasarkan objek kajian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan (Ilmu) Pendidikan Islam terdiri dari pengetahuan filsafat pendidikan, tasawuf (mistik) pendidikan dan ilmu pendidikan. Filsafat dan tasawuf terkadang disebut ilmu, padahal secara akademis keduanya itu bukan ilmu tetapi pengetahuan karena yang disebut ilmu harus bersifat empiris dan memiliki ciri-ciri ilmiah. Dengan demikian jika disebutkan ilmu Pendidikan Islam, cakupannya ialah masalah-masalah yang berada dalam dataran ilmu (sains), yaitu objek-objek yang logis dan empiris tentang pendidikan
Dengan demikian, maka peta penelitian Ilmu Pendidikan Islam, mencakup penelitian terhadap pengetahuan filsafat Pendidikan Islam, pengetahuan mistik Pendidikan Islam, dan ilmu pendidikan Islam. Penelitian dalam arti kajian yang berdasarkan logika (filsafat) dan keyakinan (mistik) telah banyak dilakukan para ulama Islam. Muhammad Al-touny Al-syaibani misalnya mengkhususkan diri pada kajian bidang filsafat pendidikan Islam, melalui karya tulisnya berjudul Falsafah al-Tarbiyah al-Islamiyah yang diterjemahkan oleh Hasan Langgulung dengan judul Falsafah Pendidikan Islam yang di terbitkan oleh Bulan Bintang, Jakarta, tahun 1979. Demikian pula Ahmad D. Marimba menulis buku berjudul Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, yang diterbitkan Al Ma’arif, Bandung, tahun 1980, pada cetakan keempatnya.
Sementara itu, kajian terhadap pengetahuan tasawuf (mistik) mengenai pendidikan antara lain dilakukan oleh Al-Ghazali yang terintegrasi dalam bukunya Ihya’ Ulumu al-Din.

Adapun kajian atau tepatnya penelitian terhadap Ilmu Pendidikan yang bersifat empiris dinilai masih belum banyak dilakukan  para pakar Islam. Sedangkan kajian atau penelitian yang berkenaan dengan ilmu yang terakhir inilah yang menjadi modal bagi pengembangan Ilmu Pendidikan Islam.
Dan penelitian  Ilmu Pendidikan Islam (sains yang empiris) itu akan muncul teori yang selanjutnya disesuaikan dengan ajaran Islam. Teori-teori inilah yang kelak disebut teori Ilmu Pendidikan Islam.
Demikian pula teri-teori pendidikan Islam  untuk Pendidikan di masyarakat juga banyak variasinya yang dapat diteliti. Misalnya penelitian tentang teori pendidikan  di pesantren biasa, teori pendidikan untuk di pesantren kilat, di majelis ta’lim, khutbah, kursuss-kursus dan sebagainya.
Penelitian Ilmu Pendidikan Islam tersebut dapat pula  diarahkan pada aspek-aspek yang terkandung dalam pendidikan tersebut. Misalnya penelitian terhadap problema yang dihadapi guru,  penelitian tentang cara memperbaiki  tingkah laku guru dalam mengajar, dan penelitian terhadap peranan kepala sekolah dalam memperlancar pembaharuan pendidikan.
Selanjutnya,untuk lebih jelasnya mengenai model penelitian pendidikan Islam ini akan dikemukakan beberapa contoh sebagai berikut.

1.      Model Penelitian tentang Problema Guru
Dalam usaha memecahkan problema guru, Himpunan Pendidikan  Nasional (National Education Association) di Amerika  Serikat pernah mengadakan penelitian tentang problema yang dihadapi guru secara nasional pada tahun 1968.
Prosedur yang dilakukan dalam penelitian tersebut dilakukan dengan cara pengumpulan data yang dilakukan oleh bagian Himpunan Pendidikan Nasional Penelitian (Nasional Education Association) melalui survey pendapat umum guru (Opinion surveifor teacher) pada musim semi tahun 1968 dikalangan guru-guru sekolah negri yang dijadikan sampel secara nasional.
Dengan demikian, penelitian tersebut dari segi metodenya termasuk penelitian survey, yaitu penelitian  yang sepenuhnya didasarkan pada data yang dijumpai di lapangan, tanpa didahului oleh kerangka teori, asumsi atau hipotesis. Penelitian tersebut menggunakan data lapangan yang dikumpulkan melalui instrument pengumpulan data, yaitu kuesioner yang sampelnya mewakili  tingkat nasional, dan objek yang diteliti adalah problema yang dihadapi guru.
Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah dijumpainya 5 aspek pokok yang menyangkut kondisi dan kompensasi tugas mengajar guru, adapun 5 aspek pokok tersebut berkenaan dengan: 1) Sedikitnya waktu untuk istirahat dan untuk waktu persiapan pada waktu dinas sekolah; 2) Ukuran kelas yang terlalu besar; 3) Kurangnya bantuan administratif; 4) Gaji yang kurang memadai; dan 5) Kurangnya bantuan kesejahteraan

2.      Model Penelitian tentang Lembaga Pendidikan Islam
Salah satu penelitian yang berkenaan dengan lembaga Pendidikan Islam adalah penelitian yang dilakukan oleh Karel A.Steenbrink dalam bukunya yang berjudul Pesantren, Madrasah dan Sekolah Pendidikan Islam dalam Kurun Modrn  yang di terbitkan oleh LP3ES, Jakarta, tahun 1986.
Metode penelitian yang dilakukannya adalah pengamatan (observasi). Sedangkan objek pengamatannya adalah sejumlah pesantren yang berada di Jawa dan Sumatra. Melalui analisis historis yang dipadu  dengan pendekatan komparatif, Karel A.Steenbrink sampai pada kesimpulan, bahwa dibandingkan dengan Malaysia, maka jelaslah pesantren di Indonesia melalui beberapa pembaharuan tetap berusaha memberikan pendidikan Islam yang juga memenuhi kebutuhan  pendidikan sesuai dengan zamannya, sedangkan system pondok pesantren di Malaysia bersifat lebih defensive dan kurang bisa menyesuaikan diri dengan zaman modern.

3.      Model Penelitian Kultur Pendidikan Islam
Penelitian yang mengambil objek kajian tentang kultur Pendidikan Islam khususnya yang ada di pesantren, antara lain dilakukan oleh Mastuhu dan Zamakhsyari Dhofir. Untuk mengenal model penelitian yang dilakukan oleh kedua peneliti ini dapat dikemukakan sebagai berikut.
a.     Model Penelitian Mastuhu
Penelitian  yang bertemakan kultur pendidikan Islam yang ada di pesantren dilakukan Mastuhu pada saat menulis desertasi untuk program doctor. Penelitian dimaksud berjudul Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren yang diterbitkan oleh indosian Netherlands Cooperation in Islamic Studies (INIS) pada tahun 1994.
Peneliti mengatakan bahwa di sisi lain, agama Islam di Indonesia akan cacat fungsi dan perannya apabila tidak mampu memberikan penjelasan mengenai tantangan pembangunan dan dorongan serta pedoman bagi pemeluknya untuk berpartisipasi dalam pembangunan nasional dengan penuh tanggung jawab. Untuk mencapai maksud tersebut diperlukan upaya  pembaharuan pemikiran dalam Islam secara terus menerus, dalam arti memahami dan mendalami ajaran Islam sesuai dengan kontekstualnnya atau realitas sosial yang menjadi tantangan zamannya. Pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam harus dapat menjadi salah satu pusat studi pembaharuan pemikiran dalam Islam dimaksud.
Dari segi metodenya, penelitian ini menggunakan pendekatan grounded reseach yang mendasarkan analisanya pada data dan fakta yang ditemui di lapangan.
b.    Model Penelitian Zamakhsyari Dhofier
            Model penelitian yang dilakukan Zamkhsyari Dhofier masih di sekitar pesantren. Penelitian yang dilakukannya berjudul Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, dan telah diterbitkanoleh LP3ES pada tahun 1982.

Didalam buku tersebut ia mengatakan bahwa  pada umumnya studi tentang Islam di Jawa selama ini menitikberatkan analisisnya pada segi pendekatan intelektual dan pendekatan teologi hingga seringkali memberikan kesimpulan yang meleset. Sebagai contoh, selama ini sering disimpulkan bahwa para kyai, karna sangat terikat oleh ajaran-ajaran kaum sufi dan mengamalkan tarekat, dianggap telah mengamalkan Islam yang salah, Islam hanya mementingkan hidup akherat dengan melupakan kehidupan duniawi.
Sehubungan dengan itu, dalam buku ini, peneliti berusaha menunjukkan sumbangan pendekatan sosiologis dalam usaha kita memahami Islam di Jawa secara lebih tepat. Pendekatan sosiologis akan mengurangi kecendrungan menarik kesimpulan yang terlalu cepat seperti tersebut di atas.
Berdasarkan uraian di atas, maka model penelitian yang dilakukan Zamakhsyari Dhofier tergolong penelitian lapangan dengan menggunakan metode survey, pengamatan, wawancara,dan studi dokumentasi. Pembahasannya bersifat  deskriktif, sedangkan analisanya menggunakan pendekatan sosiologis.[4]

BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
            Berdasarkan uraian singkat di atas kita tentu dapat menyimpulkan beberapa poin kesimpulan yang tentunya akan menjawab pula rumusan masalah yang telah tertera sebelumnya di awal makalah ini.
1.    Secara keseluruhan, defenisi yang bertemakan pendidikan Islam itu mengacu kepada suatu pengetian bahwa yang dimaksud dengan pendidikan Islam adalah upaya membimbing,mengarahkan, dan membina peserta didikan yang dilakukan secara sadar dan terencana agar terbina suatu kepribadian yang utama sesuai dengan nilai-nilai jaran Islam.
2.    Dari segi aspek materi didikannya, pendidikan Islam sekurang-kurangnya mencakup pendidikan fisik, akal, agama(akidah dan syariah), akhlak, kejiwaan,,rasa keindahan, dan sosial kemasyarakatan.  Berbagai aspek materi yang tercakup dalam pendidikan Islam tersebut dapat dilihat dalam Al-quran dan Al-sunnah serta pendapat para ulama.
3.    Dari segi model penelitian Islam  terdapat tiga model yaitu:Petama, ada pengetahuan ilmu, yaitu pengetahuan tentang hal-hal atau objek-objek yang empiris, diperoleh dengan melakukan penelitian ilmiah dan teori-teorinya bersifat logis dan empirisKedua, pengetahuan filsafa, yaitu pengetahuan tentang objek-objek anbstrak yang logis, diperoleh dengan berfikir, dan teori-teorinya bersifat logis dan hanya logis ( tidak empiris).Ketiga, pengetahuan mistik, yaitu pengetahuan yang objek-objeknya tidak bersifat empiris dan tidak pula terjaangkau oleh logika. Objek pengetahuan ini bersifat abstrak, supra logis.



DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam. Cet. XXI; Jakarta: Rajawali Pers, 2014.



[1]Abuddin Nata, Metodologi Pendidikan Islam, (Cet. XXI; Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h. 333
[2]Abuddin Nata, Metodologi Pendidikan Islam, (Cet. XXI; Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h. 333-340
[3] Abuddin Nata, Metodologi Pendidikan Islam, (Cet. XXI; Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h. 340-343
[4]Abuddin Nata, Metodologi Pendidikan Islam, (Cet. XXI; Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h. 343-350

Iklan Atas Artikel

Adnow April 22

Adnow April 22

Iklan Bwah Artikel (Adnow)