Makalah Metodologi Penelitian Tasawuf Islami
MAKALAH
METODOLOGI
PENELITIAN TASAWUF ISLAMI
Disusun untuk
pemenuhan tugas mata kuliah Metode Studi Islam jurusan Syariah
Sekolah Tinggi
Agama Islam Darul Da’wah Wal-Irsyad
Mangkoso
Angkatan 2018
Oleh :
SEMESTER II
JURUSAN SYARIAH
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Segala
puji bagi Allah tuhan semesta alam yang menciptakan dunia ini dengan segala
isinya dan menjadikan manusia mempunyai akal untuk dapat berfikir melebihi
makhluk-makhluk lain ciptaannya. Rasa syukur kami haturkan karena dengan rahmat
dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Sholawat
serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan dan kekasih kita Nabi Muhammad
Saw. Yang telah membimbing kita dari zaman jahiliyah menuju zaman Islam yang
terang benderang seperti sekarang ini.
Dan
ucapan terimah kasih yang sebesar-besarnya kepada rekan-rekan yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini. Makalah ini kami buat untuk memenuhi
tugas mata kuliah “Metodologi Studi Islam” yang berjudul “METODOLOGI PENELITIAN
TASAWUF”. Namun kami sangat sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kesalahan baik yang kami sengaja maupun tidak. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk kita semua.
Mangkoso, 3
Agustus 2019
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B.
Rumusan Masalah
C.
Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Tasawuf
B.
Metode Penelitian Tasawuf
C.
Model-model Penelitian Tasawuf
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tasawuf
merupakan salah satu bidang studi Islam yang memusatkan perhatian pada
pembersihan aspek rohani pada manusia, yang selanjutnya dapat menimbulkan
akhlak mulia. Ia mencakup berbagai jawaban atas berbagai kebutuhan manusia yang
bersifat lahiriyah maupun batiniyah.
Tasawuf
mulai mendapatkan perhatian dan dituntut peranannya untuk terlibat secara aktif
dalam mengatasi masalah-masalah keduniawan. Hal ini terlihat bahwa tuntutan
zaman yang semakin membara membuat sebagian masyarakat cenderung mengarah
kepada degradasi moral dan keterpurukan akhlak. Manusia cenderung melakukan
sesuatu atas dasar kebebasan. Sehingga ia semena mena dan acuh tak acuh
terhadap akibat yang ditimbulkan oleh perbuatannya.
Tasawuf
memiliki potensi dan otoritas yang tinggi dalam menangani masalah ini. Tasawuf
secara intensif memberikan pendekatan-pendekatan agar manusia selalu merasakan
kehadiran Tuhan dalam kesehariannya. Kehadirannya berupaya untuk mengatasi
krisis akhlak yang terjadi di masyarakat Islam di masa lalu (klasik) tahun
650-1250 M. Masa dimana kehidupan manusia bersifat foya-foya dan suka
menghamburkan harta.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah
ini adalah:
1.
Apa Pengertian Tasawuf ?
2.
Apa saja Metode Penelitian Tasawuf ?
3.
Apa saja Model-model Penelitian Tasawuf ?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui Pengertian Tasawuf.
2.
Untuk mengetahui Metode Penelitian Tasawuf.
3.
Untuk mengetahui Model-model Penelitian Tasawuf.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Tasawuf
Tasawuf
dari segi kebahasaan terdapat sejumlah istilah yang dihubungkan orang dengan
tasawuf. Harun Nasution misalnya, menyebutkan lima istilah yang berhubungan
dengan tasawuf yaitu:al-suffah (ahl al-suffah) yaitu orang yang ikut Nabi
pindah dari makkah ke madinah, Shaf yaitu barisan yang dijumpai dalam
melaksanakan shalat berjamaah, Sufiyaitu bersih dan suci, Shopos (Bahasa Yunani
yang artinya Hikmah) danShuf(kain
wol kasar).
Ditinjau
dari lima bahasa di atas, maka tasawuf dari segi istilah menggambarkan keadaan
yang selalu berorieantasi kepada kesucian jiwa, mengutamakan panggilan Allah,
berpola hidup sederhana, mengutamakan kebenaran dan rela berkorban demi
tujuan-tujuan yang lebih mulia disisi Allah.Sikap demikian pada akhirnya
membawa seseorang berjiwa tangguh, memiliki daya tangkal yang kuat dan efektif
terhadap berbagai godaan hidup yang menyesatkan.[1]
Pendapat
lain mengatakan bahwa tasawuf berasal dari bahasa yunani kuno yang telah di
arabkan, theo safie artiya ilmu ketuhanan, kemudian di arabkan dan di ucapkan
dengan lidah orang arab sehingga berubah menjadi tasa-wuf.[2]
Selanjutnya,
secara istilah tasawuf memiliki tiga sudut pandang pengertian. Pertama, sudut
pandang manusia sebagai makhluk terbatas. Tasawuf dapat didefinisikan sebagai
upaya penyucian diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia dan
memusatkan perhatian hanya kepada Allah. Kedua, sudut pandang manusia sebagai
makhluk yang harus berjuang. Sebagai makhluk yang harus berjuang, manusia harus
berupaya memperindah diri dengan akhlak yang bersumber pada ajaran agama, dalam
rangka mendekatkan diri kepada Allah swt.Ketiga, sudut pandang manusia sebagai
makhluk bertuhan. Sebagai fitrah yang memiliki kesadaran akan adanya Tuhan,
harus bisa mengarahkan jiwanya serta selalu memusatkan kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan Tuhan.
Jika
ketiga definisi tasawuf tersebut satu sama lainnya di hubungkan, maka segera
nampak bahwa tasawuf pada intinya adalah upaya melatih jiwa dengan berbagai
kegiatan yang dapat membebaskan diri manusia dari pengaruh kehidupan duniawi,
selalu dekat dengan allah, sehingga jiwanya bersih dan memancarkan akhlak
mulia.[3]
Fungsi
dari tasawuf adalah mengingatkan kembali manusia siapa ia sebenarnya, yang
berarti manusia dibangunkan dari mimpinya yang ia sebut dengan kehidupan
sehari-hari dan bahwa jiwanya bebas dari pembatasan-pembatasan khayali egonya
itu yang memiliki timbangan obyektif di dalam apa yang di sebut kehidupan dunia
menurut bahasa keagamaan.
B.
Metode Penelitian Tasawuf
Adapun
metode-metode Tasawuf jika dilihat dari pembagian Tasawuf yang ditinjau dari
lingkup materi pembahasannya menjadi tiga macam, yaitu:
1.
Tasawuf Aqidah
Yaitu ruang lingkup pembicaraan Tasawuf yang menekankan
masalah-masalah metafisis (hal-hal yang ghaib), yang unsur-unsurnya adalah
keimanan terhadap Tuhan, adanya Malaikat, Syurga, Neraka dan sebagainya. Karena
setiap Sufi menekankan kehidupan yang bahagia di akhirat, maka mereka
memperbanyak ibadahnya untuk mencapai kebahagiaan Syurga, dan tidak akan
mendapatkan siksaan neraka. Untuk mencapai kebahagiaan tersebut, maka Tasawuf
Aqidah berusaha melukiskan Ketunggalan Hakikat Allah, yang merupakan satu-satunya
yang ada dalam pengertian yang mutlak. Kemudian melukiskan alamat Allah SWT,
dengan menunjukkan sifat-sifat ketuhanan-Nya. Dan salah satu indikasi Tasawuf
Aqidah, ialah pembicaraannya terhadap sifat-sifat Allah, yang disebut dengan
“Al-Asman al-Husna”, yang oleh Ulama Tarekat dibuatkan zikir tertentu, untuk
mencapai alamat itu, karena beranggapan bahwa seorang hamba (Al-‘Abid) bisa
mencapai hakikat Tuhan lewat alamat-Nya (sifat-sifat-Nya).
2.
Tasawuf Ibadah
Yaitu Tasawuf yang menekankan pembicaraannya dalam masalah rahasia
ibadah (Asraru al-‘Ibadah), sehingga di dalamnya terdapat pembahasaan mengenai
rahasia Taharah (Asraru Taharah), rahasia Salat (Asraru al-Salah), rahasia
Zakat (Asraru al-Zakah), rahasia Puasa (Asrarus al-Shaum), rahasia Hajji
(Asraru al-Hajj) dan sebagainya. Di samping itu juga, hamba yang melakukan
ibadah, dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:
1.
Tingkatan orang-orang biasa (Al-‘Awam), sebagai tingkatan pertama.
2.
Tingkatan orang-orang istimewa (Al-Khawas), sebagai tingkatan
kedua.
3.
Tingkatan orang-orang yang teristimewa atau yang luar biasa (Khawas
al-Khawas), sebagai tingkatan ketiga.
Jika
tingkatan pertama dimaksudkan sebagai orang-orang biasa pada umumnya, maka
tingkatan kedua dimaksudkan sebagai para wali (Al-Auliya’), sedangkan tingkatan
ketiga dimaksudkan sebagai para Nabi (Al-Anbiya’).
Dalam
Fiqh, diterangkan adanya beberapa syarat dan rukun untuk menentukan sah atau
tidaknya suatu ibadah. Tentu saja persyaratan itu hanya sifatnya lahiriah saja,
tetapi Tasawuf membicarakan persyaratan sah atau tidaknya suatu ibadah, sangat
ditentukan oleh persyaratan yang bersifat rahasia (batiniyah). Sehingga Ulama
Tasawuf sering mengemukakan tingkatan ibadah menjadi beberapa macam, misalnya
Taharah dibaginya menjadi empat tingkatan:
1.
Taharah yang sifatnya mensucikan anggota badan yang nyata dari
hadath dan najis.
2.
Taharah yang sifatnya mensucikan anggota badan yang nyata dari
perbuatan dosa.
3.
Taharah yang sifatnya mensucikan hati dari perbuatan yang tercela.
4.
Taharah yang sifatnya mensucikan rahasia (roh) dari kecendrungan
menyembah sesuatu di luar Allah SWT.
Karena
Tasawuf selalu menelusuri persoalan ibadah sampai kepada hal-hal yang sangat
dalam (yang bersifat rahasia), maka ilmu ini sering dinamakan Ilmu Batin,
sedangkan Fiqh sering disebut Ilmu Zahir.
3.
Tasawuf Akhlaqi
Yaitu
Tasawuf yang menekankan pembahasannya pada budi pekerti yang akan mengantarkan
manusia mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, sehingga di dalamnya dibahas
beberapa masalah akhlaq, antara lain:
1.
Bertaubat (At-Taubah); yaitu keinsafan seseorang dari perbuatannya
yang buruk, sehingga ia menyesali perbuatannya, lalu melakukan perbuatan baik.
2.
Bersyukur (Asy-Shukru); yaitu berterima kasih kepada Allah, dengan
mempergunakan segala nikmat-Nya kepada hal-hal yang diperintahkan-Nya;
3.
Bersabar (Ash-Sabru); yaitu tahan terhadap kesulitan dan musibah
yang menimpanya.
4.
Bertawakkal (At-Tawakkul); yaitu memasrahkan sesuatu kepada Allah
SWT. Setelah berbuat sesuatu semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan.
5.
Bersikap ikhlas (Al-Ikhlas); yaitu membersihkan perbuatan dari riya
(sifat menunjuk-nunjukkan kepada orang lain), demi kejernihan perbuatan yang
kita lakukan.
Ini
baru sebagian kecil saja akhlak baik terhadap Tuhan yang kita bicarakan, tetapi
pembicaraan Tasawuf selalu menuju kepada pembahasan yang lebih dalam lagi,
yaitu hingga menelusuri kerahasiaannya. Jadi pembicaraan taubat, syukur, sabar,
tawakkal dan ikhlas, dibahas dengan mengemukakan indikasi lahiriyahnya saja,
maka hal itu termasuk lingkup pembahasan akhlaq; tetapi bila dibahasnya sampai
menelusuri rahasianya, maka hal itu termasuk Tasawuf. Sehingga dari sinilah
kita dapat melihat perbedaan Akhlaq dengan Tasawuf, namun dari sisi lain dapat
dilihat kesamaannya, yaitu keduanya sama-sama tercakup dalam sendi Islam yang
ketiga (Ihsan).
Bila
ditinjau dari sisi corak pemikiran atau konsepsi (teori-teori) yang terkandung
di dalamnya, maka hal itu bisa menjadi Tasawuf Salafi, Tasawuf Sunni dan
Tasawuf Falsafi.
Dalam
Tasawuf Salafi dan Tasawuf Sunni, system peribadatan dan teori-teori yang
digunakannya, sama dengan yang telah dilakukan oleh Ulama-Ulama Salaf, sehingga
kadang-kadang Tasawuf Sunni disebut juga Tasawuf Salafi. Lain halnya dengan
Tasawuf Falsafi, ajarannya sudah dimasuki oleh teori-teori Filsafat; misalnya
dipengaruhi oleh Filsafat Yahudi; Filsafat Kristen dan Filsafat Hindu. Maka
tidak sedikit ajarannya yang hampir sama dengan agama yang mempengaruhinya,
terutama konsepsi yang digunakan untuk mendapat hakikat ketuhanan; dengan
istilah “Al-Hulul” (larutnya sifat ketuhanan ke dalam sifat kemanusiaan),
“Al-Ittihad” (leburnya sifat hamba dengan sifat Allah), “Wihdatu al-Wujud”
(menyatunya hamba dengan Allah) dan sebagainya. Dan barangkali inilah yang
dimaksudkan oleh orang-orang yang mengatakan bahwa Tasawuf Islam itu tidak
lain, kecuali hanya ajaran Mistik umat-umat terdahulu, yang telah
ditransformasikan oleh Ulama Tasawuf ke dalam Islam. Tetapi tuduhan itupun
dialamatkan pada Tasawuf Sunni dan Salafi, padahal sebenarnya ajaran Tasawuf
tersebut masih konsisten dalam ajaran Islam. Hanya saja, barangkali ada tata
caranya yang sudah dikembangkan oleh Ulama Tarekat pada masa sesudahnya yang
akhirnya tidak persis sama dengan Tasawuf yang telah dipraktekkan oleh Ulama
Sahabat dan Tabin di abad pertama dan kedua Hijriyah. Tentu saja,
perkembangannya itu hanya sekedar memenuhi tuntutan zaman yang dilaluinya,
sedangkan prinsipnya tidak bertentangan dengan pengalaman Ulama-Ulama Salaf
C.
Model Penelitian Tasawuf
Sejalan
dengan fungsi dan peran tasawuf yang demikian itu, dikalangan para ahli telah
timbul upaya untuk melakukan penelitian tasawuf. Berbagai bentuk dan model
dalam studi tasawuf secara ringkas dapat dikemukakan sebagai berikut:[4]
1.
Model Sayyed Husein Nasr
Sayyed Husein nasr selama ini dikenal dengan ilmuan muslim kenamaan
di abad modern yang amat produktif dalam melahirkan sebagai karya ilmiah.
Perhatiannya terhadap pengembangan terhadap studi Islam demikian besar,
termasuk dalam bidang tasawuf. Hasil dalam bidang tasawuf ia sajikan dalam buku
berjudul tasawuf dulu. Didalam buku tersebut disajikan hasil penelitiannya
dibidang tasawuf dengan menggunakan pendekatan-pendekatan tematik, yaitu
pendekatan yang mencoba menyajikan tasawuf sesuai dengan tema-tema tertentu.
Diantaranya uraian tentang visi tasawuf dengan pengutuhan manusia. Didalamnya
dinyatakan bahwa tasawuf merupakan sarana untuk menjalin hubungan yang intens
dengan tuhan dengan upaya mencapai keutuhan manusia. Selanjutnya, dikemukakan
pula tentang tingkatan-tingkatan kerohanian tentang tasawuf, manusia didalam
kelanggengan ditengah perubahan yang tampak. Setelah itu dikemukakan pula
perkembangan tasawuf yang terjadi pada abad ke-tujuh.[5]
Dapat disimpulkan model penelitian Tasawuf yang diajukan Husein Nasr
ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan tematik yang berdasarkan
pada studi kritis terhadap ajaran tasawuf yang pernah berkembang dalam sejarah.
2.
Model Mustafa Zahri
Mustafa Zabri memusatkan perhatiannya terhadap tasawuf dengan
menulis buku dengan judul kunci memahami ilmu tasawuf. Penelitian yang
dilakukannya bersifat eksploratif, yakni menggali ajaran tasawuf dari berbagai
literatur ilmu tasawuf. Dalam bukunya disajikan tentang kerohanian yang
didalamnya dimuat tentang kehidupan Nabi Muhammad SAW, kunci mengenal tuhan,
sendi kekuatan batin, fungsi kerohanian dalam menentramkan batin, tarekat dari
segi arti dan tujuannya. Selanjutnya, dikemukakan tentang membuka tabir (hijab)
yang membatasi diri dengan Tuhan dzikrullah, istighfar dan bertaubat, do’a,
waliyullah, keramat, mengenal diri sebagai cara untuk mengenal tuhan, makna
laila illa Allah, hakikat pengetian tasawuf, catatan sejarah pengembangan
tasawuf dan ajaran tentang ma’rifat. Dengan demikian penelitian tersebut
semata-mata bersifat eksploratif yang menekankan pada ajaran yang terdapat pada
ajaran tasawuf berdasarkan literatur yang ditulis para ulam terdahulu seta
dengan mencari sandaran-sandaran pada Alquran dan hadits.
3.
Model Kautsar Azhari Noor
Penelitian yang ditempuh Kautsar adalah studi tentang tokoh dengan
pemahamnya yang khas, Ibn Arabi dengan pahamnya Wahdat Al-Wujud. Penelitian ini
cukup menarik karena dilihat dari segi paham yang dibawakannya, yaitu wahdah
al-wujud telah menimbulkan kontroversi dikalangan para ulama karena paham tersebut
dinilai membawa paham reinkarnasi atau paham serba Tuhan.
4.
Model Harun Nasution
Harun
Nasution, guru besar dalam bidang teologi dan filsafat islam juga menaruh
perhatian terhadap penititian dibidang tasawuf. Hasil penelitiannya dalam
bidang tasawuf ia tuangkan antara lain dalam bukunya berjudul falsafat dan mistisme dalam islam. Penelitian
yang dilakukan oleh Harun Nasution pada
bidang tasawuf ini mengambil pendekatan
tematik, yakni peyajian ajaran tasawus disajikan dalam tema jalan untuk
dekat pada tuhan, zuhud, dan station-station, Al-Mahabbah, al-ma’rifah,
al-fana’, al-ittihat, al-hulul dan wahdat al-wujud. Pada setiap topik tersebut
selain dijelaskan tentang isi ajaran dari tiap topik dengan data-data yang
didasarkan pada literatur kepustakaan, juga dilengkapi dengan tokoh yang
memperkenalkannya. Salain itu Harun Nasution mencoba mengemukakan latar
belakang sejarah timbulnya paham tasawuf dalam Islam.
Penelitian yang menggunakan pendekatan tematik tersebut terasa
lebih menarik karena langsung menuju kepada persoalan tasawuf dibandingkan
dengaan pendekatan yang bersifat tokoh. Penelitian tersebut sepenuhnya bersifat
deskriptif eksploratif, yakni menggambarkan ajaran sebagaimana adanya dengan
mengemukakannya sedemikian rupa, penelitian mengemukakan apa adanya dengan
sedikit melakukan perbandingan antara
satu ajaran dengan ajaran tasawuf lainnya, namun hal ini pun bukan ditujuhkan untuk mencari kelebihan dan kekurangan dari ajaran –ajaran tersebut.
[5]
5. Model A.J. Arberry
A.J.Arberry,
salah seorang peneliti Barat kenamaan, banyak melakukan studi keislaman,
termasuk penelitiaan dalam bidang tasawuf. Dalam bukunya berjudul pasang surut
aliran tasawuf. A.J.Arberry mencoba menggunakan pendekatan kombinasi, yaitu
antara pendekatan tematik dengan pendekatan tokoh. Dengan pendekatan demikian
ia coba kemukakan tentang firman Tuhan, kehidupan Nabi, Para zahid, para sufi,
para ahli teori tasawuf, struktur tasawuf serta runtuhnya aliran tasawuf. Dari
isi penilitihan tersebut, tampak bahwa A.J.Arberry menggunakan analisis
kesejarahan, yakni berbagai tema tersebut dipahami berdasarkan kontek
sejarahnya, dan tidak dilakukan proses aktualisasi nilai atau mentrasformasikan
ajaran-ajaran tersebut kedalam makna
kehidupan modern yang lebih luas.
Jika
penelitian-penelitian tersebut di atas bersifat penelitihan deskriptif,
sebelumnya penelitian dalam bidang tasawuf yang di lakukan oleh Abi Al-qasim
Abdul Karim Hawaran Al-Naisabury yang
berjudul Al-risalah Al-qusyairiyah fi ‘ilm al-tasawuf yang ditahkik oleh Ma’ruf
Zarin dan Ali Abd Al-Hamid Balthaji. Diterbitkan oleh Dar Al-Khair tanpa tahun.
Dan berdasarkan pada ayat-ayat Alquran dan Alhadits dan pendapat para ulama
al-Qusyairi dalam bukunya itu antara lain menyajikan tentang asal-usul tauhid
menurut kaum sufi, yaitu ma’rifatullah dan sifat-sifatya, keimanan, rezeki,
kekufuran, Al-Aray dan kebenaran Allah SWT.
Penelitian
demikian dilakukan oleh Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulum Al-Din Jilid Iii
dalam kitab tersebut antara lain dikemukakan kitab tentang keajaiban hati,
kitab cara melatih dan mendidik jiwa
kitab cara mengendalikan syahwat, kitab sifat-sifat lalai pada manusia dan lain
sebagainya. Kitab ini cukup dikalangan pesantren dan telah mewarnai kehidupan
para santri sedemikian rupa, sehingga akhlak para santri pada umumnya menjadi
baik patuh dan tunduk pada tuhan.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Pengertian Tasawuf
tasawuf pada intinya adalah upaya melatih jiwa dengan berbagai
kegiatan yang dapat membebaskan diri manusia dari pengaruh kehidupan duniawi,
selalu dekat dengan allah, sehingga jiwanya bersih dan memancarkan akhlak
mulia.
2.
Metode penelitian Tasawuf
Adapun
metode metode Tasawuf jika diliat dari pembagian Tasawuf yang ditinjau dari
lingkup materi pembahasannya menjadi tiga macam, yaitu:
a.
Tasawuf Aqidah
Yaitu ruang lingkup pembicaraan Tasawuf yang menekankan
masalah-masalah metafisis (hal-hal yang ghaib), yang unsur-unsurnya adalah
keimanan terhadap Tuhan, adanya Malaikat, Syurga, Neraka dan sebagainya.
b.
Tasawuf Ibadah
Yaitu Tasawuf yang menekankan pembicaraannya dalam masalah rahasia
ibadah (Asraru al-‘Ibadah), sehingga di dalamnya terdapat pembahasaan mengenai
rahasia Taharah (Asraru Taharah), rahasia Salat (Asraru al-Salah), rahasia
Zakat (Asraru al-Zakah), rahasia Puasa (Asrarus al-Shaum), rahasia Hajji
(Asraru al-Hajj) dan sebagainya.
c.
Tasawuf Akhlaqi
Yaitu Tasawuf yang menekankan pembahasannya pada budi pekerti yang
akan mengantarkan manusia mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
3.
Model-model Penelitian Tasawuf
Berbagai bentuk dan model penelitian tasawuf secara ringkas dapat dikemukakan sebagai
berikut:
a.
Model Sayyed Husein Nasr
b.
Model Mustafa Zabri
c.
Model Kautsar Azhari Noor
d.
Model Harun Nasution
e.
Model A.J.Arberry
B.
Saran
Dengan dibuatnya makalah ini kami berharap bisa menyampaikan ilmu
dan memberikan manfaat bagi pembaca. Apabila dalam penyusunan makalah terdapat
kesalahan baik dalam penyusunan kata-kata maupun isi materi, kami mohon
masukan. Dengan demikian, akan lebih baik dan lebih menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Saifuddin
Endang, Kuliah Islam. Rajawali Press: Jakarta. 1986.
Abuddin Nata, Metodologi
Studi Islam. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta. 1998.
Hakim Atang,
Mubarak Abd. Jaih, Metodologi Studi Islam. PT. Remaja Rosdakarya:
Bandung. 2000.
Abuddin Nata, Metodologi
Studi Islam. Rajawali Press: Jakarta. 1998.
[1] Ahmad Ali Riyadi,
memahami metodologi studi islam, (yogyakarta: teras, 2013) h. 121.
[2]Endang
Saifuddin Anshar, Kuliah Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 1986) h. 156.
[3]Nata Abuddin, Metodologi
Studi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998) h. 240.
[4]Atang Hakim dan
Abd. Jaih Mubarak, Metodologi Studi Islam (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2010)
[5]Nata Abuddin, Metodologi
Studi Islam (Jakarta: Rajawali Press, 1998) h. 17.
Belum ada Komentar untuk "Makalah Metodologi Penelitian Tasawuf Islami"
Posting Komentar