Makalah Sistem Pendekatan dan Metode Pengajaran di Pondok Pesantren

SISTEM PENDEKATAN DAN METODE PENGAJARAN
DI PONDOK PESANTREN

Disusun Untuk Pemenuhan Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta PAI
Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam
 Angkatan Tahun 2014
Oleh:

140232015

SEMESTER VI TARBIYAH

JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUD DA’WAH WAL-IRSYAD MANGKOSO KABUPATEN BARRU
TAHUN 2017

KATA PENGANTAR

ÉOó¡Î0 «!$# Ç`»uH÷q§9$# ÉOŠÏm§9$#

Alhamdulillah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan, sumber inspirasi dan motivasi dalam membangun pendidikan Islam di masa sekarang.
Makalah yang berjudul “HUBUNGAN IBADAH DAN KESALEHAN SOSIAL” ini sengaja kami susun untuk pemenuhan tugas mata kuliah “MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM”.
Kami sebagai penyusun menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari segala kekurangan dan keterbatasan , baik dari segi penulisan maupun isi di dalamnya. Untuk itu, kami sangat mengharapkan kritik atau saran yang bersifat membangun, khususnya dari dosen pembimbing, demi kesempurnaan pembuatan makalah-makalah selanjutnya.
Akhirul kalam, mudah-mudahan makalah ini bermanfaat dan membawa kita semua, terutama bagi diri kami pribadi.
Mangkoso, 29 April 2017
Penyusun


DAFTAR ISI
SAMPUL........................  i
KATA PENGANTAR.....  ii
DAFTAR ISI...................  iii
I.     PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah........   1
B.  Rumusan Masalah..................  2
II.  PEMBAHASAN
A.  Pengertian Sistem Pendekatan dalam Pengajaran di Pondok Pesantren.....   3
B.  Macam-macam Metode Pengajaran di Pondok Pesantren....  6
C.  Sistem Pendekatan Metodologis di Pondok Pesantren....   12
III.   PENUTUP
A.  Kesimpulan........   15
B.  Saran..................   15
DAFTAR PUSTAKA....   16


I.     PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Pondok pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Ia memiliki hubungan fungsional simbiotik dengan ajaran Islam. Yaitu, dari satu sisi keberadaaan pesantren diwarnai oleh corak dan dinamika ajaran Islam yang dianut oleh para pendiri dan kiai pesantren yang mengasuhnya; sedangkan pada sisi lain, ia menjadi jembatan utama (main bridger) bagi proses internalisasi dan transmisi ajaran Islam kepada masyarakat. Melalui pesantrenlah agama Islam menjadi membumi dan mewarnai seluruh aspek kehidupan masyarakat, sosial, keagamaan, hukum, politik, pendidikan, lingkungan, dan lain sebagainya.
Sistem merupakan satu kesatuan unsur yang bekerja sesuai tugas atau fungsinya masing-masing. Dengan demikian, sistem pendidikan Islam berarti satu kesatuan unsur yang terdapat dalam jalannya kegiatan yang di dalamnya terdapat pembelajaran dan pengajaran agama Islam yang bertujuan mewujudkan pribadi-pribadi insan kamil.
Pesantren sebagai sistem pendidikan Islam di Indonesia mulai lahir sejak zaman Wali Songo. Dari zaman penyebaran Islam di Indonesia inilah, sejarah banyak mencatat bagaimana pesantren menjadi bagian yang tidak lepas dari kisah dan cerita rakyat Indonesia, khususnya Jawa.
Bermula dengan pembelajaran yang sederhana, konvensional, sampai mengalami kemajuan menjadi pondok pesantren modern. Tidak hanya dari sisi fisik saja, namun sistem pesantren itu sendiri turut berubah, serta menjawab tantangan zaman yang semakin banyak tuntutan akan kemampuan dan atau skill dari tiap individu.
Tidak hanya itu, pesantren juga memiliki kedekatan hubungan dengan masyarakat di sekitarnya. Yakni dari satu sisi, keberadaan pesantren amat bergantung kepada masyarakat yang ikut memberikan support bagi keberadaannya. Sedangkan pada sisi lain pesantren juga harus memberikan jawaban atas masalah atau memenuhi kebutuhan intelektual, spiritual, sosial, kultural, politik, bahkan medis dan lainnya yang dibutuhkan masyarakat.
B.  Rumusan Masalah
1.    Bagaimana pengertian sistem pendekatan dalam pengajaran di pondok pesantren?
2.    Jelaskan macam-macam metode pengajaran di pondok pesantren!
3.    Bagaimana sistem pendekatan metodologis di pondok pesantren?



II.  PEMBAHASAN
A.  Pengertian Sistem Pendekatan dalam Pengajaran di Pondok Pesantren
Sistem bukanlah cara atau metode seperti yang banyak dikatakan orang. Cara hanyalah bagian kecil dari suatu sistem. Istilah sistem meliputi spektrum yang sangat luas. Misalnya manusia, binatang, alam semesta, mobil, motor, lembaga tertentu adalah sebagai suatu sistem. Mengapa semuanya itu dikatakan sebagai suatu sistem? Karena contoh-contoh di atas memiliki komponen-komponen tertentu yang berfungsi untuk mencapai tujuan tertentu pula. Misalnya manusia sebagai suatu sistem, karena manusia memiliki komponen-komponen tertentu yang satu sama lain saling berkaitan.
Dalam tubuh manusia, ada komponen mata, hidung, mulut, tangan, kaki, dam lain sebagainya. Setiap komponen tersebut memiliki fungsi yang pasti. Hidung berfungsi untuk mencium, telinga berfungsi untuk mendengar, mata berfungsi untuk melihat, dan lain sebagainya. Setiap komponen dalam tubuh manusia itu saling berhubungan satu sama lain. Manakala hidung kita sakit, maka bukan hanya hidung yang terasa nyeri, akan tetapi seluruh tubuh kita akan ikut sakit. Demikian juga, manakala mata kita sakit, bukan hanya mata kita yang sakit, akan tetapi seluruh tubuh akan terasa sakit yang berarti akan berpengaruh terhadap sistem tubuh secara keseluruhan.[1]
Menurut penulis, sistem adalah kumpulan beberapa komponen yang saling berkaitan antara satu dengan yang lain. Artinya, ketika salah satu dari beberapa komponen itu bermasalah, maka komponen itu akan mempengaruhi komponen-komponen yang lain.
Bila kita mempergunakan istilah “Sistem pendidikan dan pengajaran pondok pesantren” maka tak lain yang dimaksud adalah sarana yang berupa perangkat organisasi yang diciptakan untuk mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran yang berlangsung dalam pondok pesantren itu. Sedangkan bila kita mempergunakan istilah “Sistem (Susteem dalam bahasa Belanda) pendekatan” tentang metode pengajaran agama Islam di Indonesia, maka tidak lain pengertiannya adalah “cara pendekatan dan cara penyampaian ajaran agama Islam di Indonesia” di mana cakupan yang luas, tidak hanya berbatas pada pondok pesantren, akan tetapi mencakup lembaga-lembaga pendidikan formal, baik madrasah maupun sekolah umum dan nonformal seperti pondok pesantren.
Namun dalam pembahasan ini hanya akan kami batasi pada lembaga pendidikan yang sedang kita pikirkan bersama saat ini, yaitu “Sistem pendekatan tentang metode pengajaran agama Islam di pondok pesantren”, untuk memudahkan segala usaha mencapai tujuan. Suatu tujuan yang hendak dicapai biasanya timbul dari pandangan hidup (falsafah) seseorang atau golongan/masyarakat.
Khusus dalam dunia pendidikan Indonesia, tujuan-tunjuan pendidikan yang hendak dicapai dengan sistem dan metode didasarkan pada kategori pemikiran sebagai berikut:
1.    Tujuan pendidikan nasional
2.    Tujuan institusioanl
3.    Tujuan kurikuler
4.    Tujuan pembelajaran umum dan khusus
Tujuan pendidikan nasional pada prinsipnya adalah membentuk manusia pembangunan yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, ber-Pancasila, sehat rohani dan jasmani, memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti luhur, mencintai bangsanya dan mencintai sesama manusia sesuai dengan ketentuan yang termaktub dalam UUD 1945.
Tujuan umum tersebut tidak mungkin dicapai sekaligus, melainkan secara bertahap melalui pencapaian tujuan intitusional, melalui tujuan kurikuler dan yang paling operasional adalah melalui tujuan pembelajaran umum dan khusus (TPU dan TPK) baik yang menyangkut pendidikan agama maupun pendidikan keterampilan dalam setiap komponennya[2].
Jadi, menurut penulis sistem pendekatan pengajaran di pondok pesantren adalah cara pendekatan atau cara penyampaian pelajaran yang terdiri dari beberapa komponen yang saling berkaitan antara sama lain untuk mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran di pondok pesantren. Karena pondok pesantren merupakan subsistem pendidikan di Indonesia, maka gerak dan usaha serta arah pengembangannya harus berada di dalam ruang lingkup tujuan pendidikan nasional itu.

B.  Macam-macam Metode Pengajaran di Pondok Pesantren
Metode pembelajaran di pesantren ada yang bersifat tradisional, yaitu metode pembelajaran yang diselenggarakan menurut kebiasaan-kebiasaan yang telah lama dipergunakan dalam institusi pesantren atau merupakan metode pembelajaran asli pesantren. Ada pula metode pembelajaran baru (tajdid), yaitu metode pembelajaran hasil pembaharuan kalangan pesantren dengan mengintrodusir metode-metode yang berkembang di masyarakat modern. Penerapan metode baru juga diikuti dengan penerapan sistem baru, yaitu sistem sekolah atau klasikal.
Adapun metode yang dapat dipergunakan di lingkungan pondok pesantren antara lain seperti di bawah ini dengan penyesuaian menurut situasi dan kondisi masing-masing:
1.    Metode yang Bersifat Tradisional
a.    Metode wetonan
Wetonan yakni suatu metode kuliah di mana para santri mengikuti pelajaran dengan duduk di sekeliling kiai yang menerangkan pelajaran. Santri menyimak kitab masing-masing dan mencatat jika perlu. Pelajaran diberikan pada waktu-waktu tertentu, yaitu sebelum atau sesudah melaksanakan shalat fardhu. Di Jawa Barat, metode ini disebut dengan bandongan, sedangkan di Sumatera disebut dengan halaqah.
b.    Metode sorogan
Metode sorogan yakni suatu metode di mana santri menghadap kiai seorang demi seorang dengan membawa kitab yang akan dipelajarinya. Metode sorogan ini merupakan bagian yang paling sulit dari keseluruhan metode pendidikan Islam tradisional, sebab sistem ini menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan dan disiplin santri/kendatipun demikian, metode ini diakui paling intensif, karena dilakukan seorang demi seorang dan kesempatan untuk tanya jawab langsung.
c.    Metode hafalan
Metode hafalan yakni suatu metode di mana santri menghafal teks atau kalimat tertentu dari kitab yang dipelajarinya.[3]
d.   Metode muhawarah
Metode muhawarah yakni suatu kegiatan berlatih bercakap-cakap dengan bahasa Arab yang diwajibkan pesantren kepada santri selama mereka tinggla di pondok. Frekuensi penerapan metode yang dalam bahasa Inggris disebut conversation ini tidak ada keragaman di kalangan pesantren. Metode muhawarah tersebut mulai menarik perhatian dan dipraktekkan dalam wilayah yang lebih luas. Penggunaan bahasa asing (Arab maupun Inggris) di lingkungan pondok pesantren, biasanya ditetapkan pada hari-hari tertentu.
e.    Metode mudzakarah
Metodemudzakarah yakni suatu pertemuan ilmiah yang secara spesifik membahas masalah diniyyah seperti aqidah, ibadah, dan masalah-masalah agama pada umumnya. Aplikasi metode ini dapat membangkitkan semangat intelektual santri. Mereka diajak berfikir ilmiah dengan menggunakan penalaran-penalaran yang disandarkan pada al-Qur’an dan al-Sunnah serta kitab-kitab Islam klasik. Namun penerapan metode ini belum bisa berlangsung secara optimal. Ketika santri membahas aqidah dan ibadah khususnya. Selalu dibatasi pada mazhab tertentu. Dalam meteri aqidah atau kalam dibatasi pada paham Asy’ariyyah, sedang dalam materi ibadah dibatasi pada pemahaman fiqhiyyah Imam Syafi’i.[4]
f.     Metode pengajian pasaran
Metode pengajian pasaran yakni suatu kegiatan belajar para santri melalui pengkajian materi (kitab) tertentu pada seorang kiai senior yang dilakukan secara terus menerus (maraton) selama tenggang waktu tertentu. Pada umumya dilakukan pada bulan Ramadhan, dan targetnya adalah selesai membaca kitab. Titik berat pengkajiannya bukan pemahaman melainkan pembacaan. Sekalipun dimungkinkan bagi para pamula untuk ikut dalam pengajian ini, namun pada umumnya pesertanya adalah mereka yang telah mempelajari kitab tersebut sebelumnya. Bahkan kebanyakan pesertanya adalah para kiai yang datang dari tempat-tempat lain untuk keperluan itu. Pengajian ini lebih bermakna untuk mengambil berkah atau ijazah dari kiai yang dianggap senior.
g.    Metode rihlah ilmiyah
Metode rihlah ilmiah yakni suatu kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan melalui kegiatan kunjungan (perjalanan) menuju ke suatu tempat tertentu dangan tujuan untuk mencari ilmu. Kegiatan kunjungan yang bersifat keilmuan ini dilakukan oleh para santri untuk menyelidiki atau mempelajari suatu hal dengan bimbingan ustadz atau kiai.[5]
2.    Metode-metode Kombinatif
Untuk menghadapi perkembangan metode yang diterapkan dalam lembaga pendidikan pada umumnya, berbagai metode pendidikan pesantren yang bersifat tradisional itu dipandang perlu disempurnakan. Artinya kita perlu mengadakan penelitian yang seksama terhadap efektivitas, efisiensi, dan relevansi metode-metode tersebut untuk menemukan kelemahan dan keunggulannya. Segi kelemahannya diperbaiki sedang segi keunggulannya dipertahankan. A. Wahid Zaeni sebagai kiai pesantren yang dinamis benar-benar merasakan kelemahan, sehingga ia menganjurkan adanya upaya kajian ulang terhadap pengajaran di pesantren. Seruan yang sama disampaikan oleh Abdurrahman Wahid yang diungkapkan kembali oleh Bruinessen. Kiai dan ustadz perlu melakukan pengembangan dan pembenahan ke dalam secara kontinyu, baik metodologi, teknologi dan aktivitas pendidikan agar mampu berkompetisi atau paling tidak mampu mengejar ketertinggalan dengan berpedoman pada metode yang tetap memegang yang lama dan yang masih tetap layak serta mengambil yang baru tetapi yang lebih baik.[6]
Metode yang diterapkan pesantren pada prinsipnya mengikuti selera kiai, yang dituangkan dalam kebijakan-kebijakan pendidikannya. Dari perspektif metodik, pesantren terpolarisasikan menjadi tiga kelompok, pesantren yang hanya menggunakan metode yang bersifat tradisonal dalam mengajarkan kitab-kitab Islam klasik, kelompok pesantren yang hanya menggunakan metode-metode hasil penyesuaian dengan metode yang dikembangkan pendidikan formal, dan kelompok pesantren yang menggunakan metode-metode yang bersifat tradisional dan mengadakan penyesuaian dengan metode pendidikan yang dipakai dalam lembaga pendidikan formal.
Penyerapan metode baru sebagai tambahan terhadap metode yang bersifat tradisonal tidak pernah seragam. Variasi metode ini membuktikan bahwa pesantren telah mengadakan penyesuaian secara serius melalui penambahan secara horizontal, sehingga makin melunturkan batas-batasnya dengan sistem pengajaran model Barat. Pimpinan-pimpinan pesantren yang tergabung dalam Rabithat Ma’ahid telah mempraktekkan metode-metode yang sangat beragam, kemudian mereka menetapkannya dalam muktamar ke-1 pada 1959, yang meliputi metode tanya jawab, diskusi, imla’, muthala’ah/recital, proyek, dialog, karyawisata, hafalan/verbalisme, sosiodrama, widyawisata, problem solving, pemberian situasi, pembiasaan/habituasi, dramatisasi (percontohan tingkah laku), reinforcement, stimulus-respons, dan sistem modul (meskipun agak sulit).[7]
Di lingkungan pondok pesantren di mana pendidikan/pengajaran dititik beratkan pada pengembangan jiwa beragama dan ilmu agama. Sedangkan pengetahuan lainnya seperti keterampilan dan sebagainya hanya pelengkap. Dalam hubungan ini maka dalam melaksanakan pendidikan/pengajaran perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.    Mengadakan pengelompokan santri menurut tingkatan usia yang mendapatkan pendidikan/pengajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan psikologisnya.
b.    Membentuk grup diskusi di kalangan santri yang taraf ilmu pengetahuan dan taraf usianya sama. Berilah problem-problem sosial yang ada kaitannya dengan pelajaran agama dan sebagainya.
c.    Mengaitkan pelajaran agama dengan ilmu pengetahuan populer, misalnya dengan kemajuan teknologi ruang angkasa yang sudah mencapai bulan dan planet-planet lain dan sebagainya.
d.   Orientasi pendidikan/pengajaran kepada kemanfaatan hidup manusia dalam masyarakat bangsa Indonesia sebagai bangsa yang satu yang berfalsafah Pancasila.
e.    Memberikan pendidikan/pengajaran yang mendorong berpikir luas/kreatif dan tidak eksklusif dalam masyarakat.
f.     Mengajarkan bahasa Arab dan lain-lain dengan metode yang lebih efektif, misalnya metode SAS (Strukturalistik, Analistik, dan Sintetik).
g.    Sering mengadakan kuliah kerja dalam masyarakat.[8]
Jadi, dapat dipahami bahwa pengembangan metode pengajaran di pondok pesantren tersebut mulai dari sorogan, wetonan, hafalan, muhawarah, dan mudzakarah, hingga perkembangan terakhir yang cenderung menerapkan diskusi  dan seminar menunjukkan  bahwa kendati secara perlahan-lahan, telah ada benih-benih upaya menyampaikan pelajaran secara modern. Beberapa pesantren sudah menerapkan metode yang memadukan antara metode yang bersifat tradisonal dengan metode yang bersifat modern.
C.  Sistem Pendekatan Metodologis di Pondok Pesantren
Sistem pendekatan metodologis yang perlu mendapatkan dari para pendidik juga di pondok pesantren didasarkan atas disiplin ilmu sosial, sekurang-kurangnya meliputi:
1.    Pendekatan psikologis
Yang tekanannya diutamakan pada dorongan-dorongan yang bersifat persuasif dan motivatif. Suatu hal yang baru, kognitif (daya untuk berkemauan keras) dan efektif (kemampuan yang menggerakkan daya emosional). Kedua daya psikis tersebut dikembangkan dalam ruang lingkup penghayatan dan pengamalan ajaran agama di mana faktor-faktor pembentukan kepribadian yang berproses melalui individualisasi dan sosialisasi bagi hidup dan kehidupannya menjadi titik sentral perkembangannya.
2.    Pendekatan sosial kultural
Yang ditekankan pada usaha pengembangan sikap pribadi dan sosial sesuai dengan tuntutan masyarakat, yang berorientasi pada kebutuhan hidup yang semakin maju dalam berbudaya dan berperadaban. Hal ini banyak menyentuh permasalahan-permasalahan inovasi ke arah sikap hidup yang all plastis (bersifat membentuk lingkungan sesuai dengan ide kebudayaan modern yang  dimilikinya), bukannya bersifat auti plastis (hanya sekadar menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada).
3.    Pendekatan religius
Suatu pendekatan yang membawa keyakinan (akidah) dan keimanan dalam pribadi anak didik yang cenderung ke arah konferhensif intensif dan ekstensif (mendalam dan meluas). Pandangan yang demikian, terpancar dari sikap bahwa segala ilmu pengetahuan itu pada hakikatnya adalah mengandung nilai ke-Tuhanan. Sikap yang demikian harus diinternalisasikan (dibentuk dalam pribadi) dan dieksternalisasikan (dibentuk dalam kehidupan di luar diri pribadinya).
4.    Pendekatan historis
Yang ditekankan pada pengembangan pengetahuan, sikap, dan nilai keagamaan melalui proses kesejahteraan. Dalam hubungan ini penyajian serta faktor waktu secara kronologis menjadi titik tolak yang dipertimbangkan dan demikian pula faktor keteladanan yang merupakan proses identifikasi dalam rangka mendorong penghayatan pengamalan agama.
5.    Pendekatan komparatif
Yaitu pendekatan yang dilakukan dengan membandingkan dengan suatu gejala sosial keagamaan dengan hukum agama yang ditetapkan selaras dengan situasi dan zamannya.
6.    Pendekatan filosofis
Yaitu pendekatan yang berdasarkan tinjauan atau pandangan falsafah. Pendekatan demikian cenderung kepada usaha mencapai kebenaran dengan memakai akal atau rasio. Pendekatan filosofis sering dipergunakan sekaligus dengan pola-pola berpikir yang rasional dan membandingkan dengan pendapat-pendapat para ahli filsafat dalam kurun zaman tertentu beserta aliran falsafahnya.[9]
Penulis dapat menyimpulkan bahwa sistem pendekatan metologis adalah hal yang sangat penting diterapkan di pondok pesantren. Pembentukan kepribadian para santri yang dilakukan melalui individualisasi dan pendalaman agama yang dikembangkan melalui pendekatan psikologis, sosial kultural, religius, historis, komparatif, dan filosofis akan sejalan dengan proses perkembangan yang dijalani melalui pengalaman yang diperoleh setiap santri secara bertahap.


III.   PENUTUP
A.  Kesimpulan
1.    Sistem pendekatan adalah cara pendekatan dan cara penyampaian ajaran agama Islam di Indonesia di mana cakupan yang luas, tidak hanya berbatas pada pondok pesantren, akan tetapi mencakup lembaga-lembaga pendidikan formal, baik madrasah maupun sekolah umum dan nonformal seperti pondok pesantren.
2.    Macam-macam metode pengajaran di pondok pesantren yaitu:
a.    Metode yang bersifat tradional meliputi, metode wetonan, sorogan, hafalan, muhawarah, Mudzakarah, pengajian pasaran, dan rihlah ilmiah.
b.    Metode-metode kombinatif yaitu, metode tanya jawab, diskusi, imla’, muthala’ah/recital, proyek, dialog, karyawisata, hafalan/verbalisme, sosiodrama, widyawisata, problem solving, pemberian situasi, pembiasaan/habituasi, dramatisasi (percontohan tingkah laku), reinforcement, stimulus-respons, dan sistem modul.
3.    Sistem pendekatan metodologis di pondok pesantren yaitu, pendekatan psikologis, pendekatan sosial kultural, pendekatan religius, pendekatan historis, pendekatan komparatif, dan pendekatan filosofis.
B.  Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, mohon maaf atas kekurangan dan kelebihan serta kekhilafan kami. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah, M.Pd., M. Asrori. Metode Pembelajaran di Pesantren. Malang: Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, 2007. https://makalahtentang.wordpress.com/2011/04/18/metode-pembelajaran-di-pesantren (29 April 2017).
Arifin, H. Muzayyin. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Cet. IV; Jakarta: Bumi Aksara, 2014.
Nata, H. Abuddin. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Cet. III; Jakarta: Prenadamedia Group, 2014.
Nizar,H. Samsul.  Sejarah Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai Indonesia. Cet. V; Jakarta: Prenada Media Group, 2013.
Qomar, Mujamil. Pesantren dari Taransformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi. Cet. I; Jakarta: Erlangga, 2002.
Sanjaya, H. Wina. Perencanaan dan Desain: Sistem Pembelajaran. Cet. VII; Jakarta: Prenadamedia Group, 2015.




[1] H. Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain: Sistem Pembelajaran, (Cet. VII; Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), h. 1-2
[2] H. Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Cet.VI; Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 245-247
[3] H. Samsul Nizar,  Sejarah Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai Indonesia, (Cet. V; Jakarta: Prenada Media Group, 2013), h. 287
[4] Mujamil Qomar, Pesantren dari Taransformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi, (Cet. I; Jakarta: Erlangga, 2002), h. 146

[5] M.  Asrori  Ardiansyah,  M.Pd,  Metode  Pembelajaran  di  Pesantren  (Malang:  Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, 2007), https://makalahtentang.wordpress.com/2011/04/18/metode-pembelajaran-di-pesantren (29April 2017).

[6] Mujamil Qomar, Pesantren dari Taransformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi,h. 147-148
[7] Mujamil Qomar, Pesantren dari Taransformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi,h. 151-152
[8] H. Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Cet.VI; Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 249
[9] H. Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, h. 250-251


Iklan Atas Artikel

Adnow April 22

Adnow April 22

Iklan Bwah Artikel (Adnow)