Makalah Kedudukan Sistem Pengajaran PAI
A. Latar Belakang
Dewasa ini bangsa-bangsa di dunia, hampir percaya sepenuhnya pada kekuatan pendidikan dalam memajukan suatu bangsa dan negara. Jepang, sebagai bangsa yang saat ini menguasai perekonomian dunia pada hampir seluruh sektor kehidupan misalnya, terjadi setelah ia memperbaikimutu pendidikannya. Mereka melihat bahwa keunggulan dan ketangguhan suatu bangsa, bukan lagi semata-mata ditentukan oleh kekayaan sumber daya alam yang dimilkinya, melainkan ditentukan oleh keunggulan sumber daya manusianya. Kesadaran dalam melihat keunggulan suatu bangsa tersebut, mengharuskan adanya pendidikan yang unggul, kompetitif dan bermutu tinggi, karena melalui pendidikan yang demikian itulah sebuah bangsa yang unggul dapat diwujudkan.
Belakangan ini ada beberapa kasus mengenai sekolah atau lembaga pendidikan yang berjalan tanpa adanya sistem yang baik. Semua komponen tidak terkoordinasi dengan baik. Akibatnya banyak dari komponen-komponen itu tidak berjalan secara efektif dan efisien. Padahal pengajaran berkaitan dengan hal bagaimana guru mengajar serta bagaimana siswa belajar. Proses pembelajaran ini merupakan suatu kegiatan yang disadari dan direncanakan. Kegiatan yang disadari dan direncanakan mencakup tiga hal antara lain: perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pengajaran dilakukan dalam waktu yang berkala, baik untuk waktu jangka pendek, menengah ataupun jangka panjang. Misalnya, latihan Pembina Pramuka selama satu minggu.
Apakah suatu pengajaran berjangka waktu lama ataupun singkat, tetap membutuhkan suatu program kerja, yaitu program pengajaran yang secara singkat disebut program pengajaran. Program pengajaran merupakan suatu program bagaimana mengajarkan apa-apa yang sudah dirumuskan dalam kurikulum. Dewasa ini konsep yang banyak mewarnai pengajaran di sekolah dasar dan sekolah menengah di Indonesia adalah konsep teknologi pendidikan. Khususnya pengajaran sebagai sistem. Oleh karena ini, pembahasan makalah ini, dimulai dari konsep tentang sistem, dan pengajaran sebagai suatu sistem. Oleh karenanya, perlu adanya perencanaan yang baik, sehingga semua komponen, baik yang secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan proses pembelajaran bisa berjalan dengan efektif dan efisien.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka diperoleh pokok permasalahan yaitu “Bagaimana kedudukan sistem pembelajaran PAI? Kemudian dapat ditentukan sub-sub masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengertian sistem pembelajaran PAI?
2. Apa saja komponen sistem pembelajaran PAI?
3. Bagaimana kedudukan sistem pembelajaran PAI?
II.PEMBAHASAN
A. Pengertian Sistem Pembelajaran PAI
1. Pengertian Sistem
1. Pengertian Sistem
Sistem bukanlah “cara” atau “metode” seperti yang banyak dikatakan orang. Cara hanyalah bagian kecil dari suatu sistem. Istilah sistem meliputi spektrum yang sangat luas. Misalnya manusia, binatang, alam semesta, motor, lembaga tertentu adalah sebagai suatu sistem. Mengapa semuanya disebut suatu sistem? Karena contoh-contoh di atas memiliki komponen-komponen tertentu yang berfungsi untuk mencapai tujuan tertentu pula.Misalnya manusia sebagai suatu sistem, karena manusia memiliki komponen-komponen tertentu yang satu sama lain saling berkaitan.
Dalam tubuh manusia, ada komponen mata, hidung, mulut, tangan, kaki, dan lain sebagainya. Setiap komponen tersebut memiliki fungsi yang pasti. Hidung berfungsi untuk mencium, telinga berfungsi untuk mendengar, mata berfungsi untuk melihat, dan lain sebagainya. Setiap komponen dalam tubuh manusia itu saling berhubungan satu sama lain. Manakala hidung kita sakit, maka bukan hanya hidung yang terasa nyeri akan tetapi seluruh tubuh akan ikut sakit; demikian juga, manakala mata kita sakit, bukan hanya mata yang sakit, akan tetapi seluruh tubuh akan terasa sakit yang berarti akan berpengaruh terhadap sistem tubuh secara keseluruhan.[1]
Ada beberapa definisi tentang sistem menurut sejumlah para ahli[2]:
a. L. James Havery
Menurutnya sistem adalah prosedur logis dan rasional untuk merancang suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan maksud untuk berfungsi sebagai suatu kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.
b. John Mc Manama
Menurutnya sistem adalah sebuah struktur konseptual yang tersusun dari fungsi-fungsi yang saling berhubungan yang bekerja sebagai suatu kesatuan organik untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan secara efektif dan efesien.
c. Edgar F Huse dan James L. Bowdict
Menurutnya sistem adalah suatu seri atau rangkaian bagian-bagian yang saling berhubungan dan bergantung sedemikian rupa sehingga interaksi dan saling pengaruh dari satu bagian akan mempengaruhi keseluruhan.
Dari berbagai pengertian sistem menurut para ahli, maka dapat diambil kesimpulan bahwa sistem dapat diartikan sebagai satu kesatuan komponen yang satu sama lain saling berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu. Dari konsep tersebut, ada tiga ciri utama suatu sistem. Pertama, suatu sistem memiliki tujuan tertentu; kedua, untuk mencapai tujuan sebuah sistem memiliki fungsi-funsi tertentu; ketiga, untuk menggerakkan fungsi, suatu sistem harus ditunjang oleh berbagai komponen. Berikut penjelasan mengenai ketiga komponen tersebut.
1) Setiap sistem bertujuan
Adakah suatu sistem tanpa tujuan? Tentu tidak. Setiap sistem pasti memiliki tujuan. Tujuan manusia sebagai organisme adalah agar dapat melaksanakan tugas kehidupannya. Tujuan keberadaan kendaraan sebagai suatu sistem, adalah agar dapat mengentarkan penumpangnya lebih cepat, aman, dan nyaman. Tujuan keberadaan lembaga pendidikan adalah agar dapat melayani setiap anak didik untuk mencapai tujuan pendidikannya. Jadi dengan demikian, setiap sistem mesti memiliki tujuan yang pasti. Tujuan itulah yang menggerakkan sistem.[3]
2) Setiap sistem memiliki fungsi
Untuk mencapai tujuan, setiap system memiliki fungsi tertentu. Misalnya, agar proses pendidikan berjalan dan dapat mencapai tujuan secara optimal diperlukan fungsi perencanan, fungsi administrasi, fungsi kurikulum, fungsi bimbingan. Fungsi inilah yang terus menerus berproses hingga tercapainya tujuan.[4]
3) Setiap sistem memiliki komponen
Untuk melaksanakan fungsi-fungsinya, setiap sistem mesti memiliki komponen-komponen yang satu sama lain saling berkaitan. Komponen-komponen inilah yangdapat menentukan kelancaran proses suatu sistem. Misalnya, agar funsi perencanaan dapat berjalan dengan baik diperlukan komponen silabus dan RPP, agar fungsi administrasi dapat menujang keberhasilan sistem pendidikan diperlukan komponen administrasi kelas, administerasi siswa, administrasi guru, dan lain sebagainya. Sebagai suatu sistem setiap komponen harus dapat melaksanakan fungsinya dengan tepat. Apabila salah satu komponen tidak berfungsi, maka akan mempengaruhi sistem tersebut.
Keberadaan komponen beserta fungsinya, memiliki kedudukan yang sangat penting. Dapat dipastikan, tidak mungkin ada sistem tanpa adanya komponen dalam suatu sistem. Di bawah ini sifat-sifat tersebut dijelaskan secara singkat.
a) Berdasarkan fungsi dari setiap komponen itu ada komponen yang bersifat integral dan ada komponen yang tidak integral.Komponen integral adalah komponen yang tidak dapat dipisahkan dari keberadaan sistem itu sendiri. Artinya ketika komponen itu hilang, maka aka hilang keberadaan suatu sistem. Misalnya, komponen siswa dan guru dari sistem lembaga pendidikan. Keberadaan dan eksistensi sekolah sangat ditentukan oleh keberadaan komponen siswa dan guru. Komponen tidak integral sama dengan komponen pelengkap. Artinya, walaupun komponen itu tidak ada, maka tidak akan mempengaruhi keberadaan suatu sistem, walaupun akan mengganggu perjalanan itu sendiri. Misalnya komponen perpustakaan dalam suatu lembaga sekolah. Walaupun suatu sekolah tidak memiliki perpustakaan akan tetapi tidak akan menggoyahkan keberadaan sekolah tersebut.
b) Setiap komponen dalam suatu sistem saling berhubungan atau saling berinteraksi, saling mempengaruhi, dan saling berkaitan. Semua komponen yang membentuk sistem harus berfungsi dengan baik, seba apabila salah satu komponen terlepas dari komponen lainnya, atau tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik, maka akan merusak sistem secara keseluruhan.
c) Setiap komponen suatu sistem merupakan keseluruhan yang bermakna. Dalam suatu sistem komponen-komponen itubukan hanya bagian-bagian yag terpisah, akan tetapi satu kesatuan yang bermakna. Setiap komponen dalam suatu sistem merupakan suatu kesatuan yang utuh yang tertata pada tempatnya.
d) Setiap komponen dalam suatu sistem adalah bagian dari sistem yang lebih besar. Komponen dalam suatu sistem pada dasarnya adalah subsistem dari suatu sistem. Ini berarti komponen-komponen itu pada dasarnya membentuk sistem tersendiri yang lebih kecil. Misalnya sekolah adalah sebagai suatu sistem, yang merupakan subsistem dari sistem pendidikan. Pendidikan sebagai suatu sistem merupakan subsistem dari sistem sosial.
2. Pengertian sistem pembelajaran
Sistem pembelajaran adalah suatu kombinasi terorganisasi yang meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang berinteraksiuntuk mencapai suatu tujuan (Hamalik,2003). Unsur manisiawi dalam sistem pembelajaran terdiri atas siswa, guru/pengajar, sert orang-orang yang mendukung terhadap keberhasilan proses pembelajaran termasuk pustakawan. Laboran, tenaga administrasi bahkan mingkin penjaga kantin sekolah. Material adalah berbagai bahan pelajaran yang dapat disajikan sebagai sumber belajar., misalnya buku-buku, film, slide suara, foto, CD, dan lain sebagainya. Fasilitas dan perlengkapan adalah segala sesuatu yang dapat mendukung terhadap jalannya proses pembelajaran, misalnya ruang kelas, penerangan, perlengkapan komputer, audio-visual dan lain sebagainya.[5]
Dari penjelasan tersebut, maka jelas tugas seorang desainer pembelajaran meliputi tiga hal pokok yaitu: Pertama, sebagai perencana, yakni mengorganisasikan semua unsur yang ada agar berfungsi dengan baik, sebab apabila salah satu unsur tidak bekerja dengan baik maka akan merusak sistem itu sendiri. Kedua, sebagai pengelola implementasi sesuai dengan prosedur dan jadwal yang direncanakan; dan ketiga, mengevaluasi keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan untuk menentukan efektivitas dan efisiensi sistem pembelajaran.
B. Komponen Sistem Pembelajaran PAI
Perencanaan pembelajaran adalah proses pengambilan keputusan hasil berfikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan tertentu, serta rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan sebagai upaya pencapaian tujuan tersebut dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar yang ada. Perencanaan pembelajaran mengarah pada proses penerjemahan kurikulum yang berlaku. Sedangkan, desain pembelajaran menekankan pada merancang program pembelajaran untuk membantu proses belajar siswa. Hal inilah yang membedakan keduanya. Perencanaan berioriantasi pada kurikulum, sedangkan desain berioriantasi pada proses pembelajaran.
Adapun komponen sistem Pembelajaran PAI, adalah sebagai berikut:
1. Peserta didik
Di dalam Al-Qur’an Allah swt. berfirman pada surah An-Nahl:6/78;
ª!$#urNä3y_t÷zr&.`ÏiBÈbqäÜç/öNä3ÏF»yg¨Bé&wcqßJn=÷ès?$\«øx©@yèy_urãNä3s9yìôJ¡¡9$#t»|Áö/F{$#urnoyÏ«øùF{$#ur öNä3ª=yès9crãä3ô±s?ÇÐÑÈ
Terjemahnya:
”Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”[6]
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa anak didik/peserta didik adalah mereka yang belum memiliki pengetahuan, keterampilan dan kepribadian karena ketika dilahirkan mereka tidak membawa bekal apa-apa yang dibutuhkan dimasa depan sedangkan dalam paradigma pendidikan Islam, peserta didik merupakan orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih perlu dikembangkan. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi yang berbunyi “Tidaklah seseorang dilahirkan kecuali membawa fitrah”. Fitrah (potensi) inilah yang dikembangkan melalui proses pendidikan.
2. Pendidik
Pendidik dalam penyelenggaraan pendidikan Islam pada hakikatnya adalah mereka yang melaksanakan tugas dan tanggungjawab mendidik. Dalam Islam, pengertian mendidik tidak hanya dibatasi pada terjadinya interaksi pendidikan dan pembelajaran saja tetapi mengajak, mendorong dan membimbing orang lain untuk memahami dan melaksanakan ajaran Islam.
Guru adalah sebuah profesi. Oleh karena itu pelaksanaan guru harus profesional dan harus mengusai seperangkat kemampuan yang disebut kompetensi Guru. Kompetensi tersebut mencakup mengusai peserta didik, menguasai tujuan, menguasai cara mengevaluasi, menguasai metode pembelajaran, menguasai materi, menguasai alat pembelajaran dan menguasai lingkungan pembelajaran.
3. Tujuan
Tujuan adalah komponen terpenting dalam pembelajaran setelah komponen peserta didik sebagai subjek belajar.Dalam konteks pendidikan, persoalan tujuan merupakan persoalan tentang misi dan visi suatu lembaga pendidikan itu sendiri. Artinya tujuan penyelenggaraan pendidikan diturunkan dari visi dan misi lembaga pendidikan itu sendiri, misalnya:
a. Melatih siswa agar memiliki kemampuan tinggi dalam bidang permesinan.
b. Mengajarkan keterampilan dasar bagi siswa.
c. Memberikan jaminan agar lulusan menjadi tenaga kerja yang efektif dalam bidang tertentu, memiliki kreativitas yang tinggi dan lain sebagainya.[7]
Tujuan dari Pendidikan Agama Islam untuk meningkatkan keimanan,pemahaman, penghayatan, serta pengalaman peserta didik tentang ajaran Agama Islam. Sehingga diharapkan dapat menjadi seorang mislim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt. serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Oleh karena itu dalam pembelajaran Pendidikam Agama Islam ada beberapa hal pokok yang ingin ditingkatkan dan dituju yakni:
1) Keimanan peserta didik terhadap Agama Islam.
2) Pemahaman atau penalaran (intelektual) serta keilmuan peserta didik terhadap ajaran Agama Islam.
3) Penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan peserta didik dalam menjalankan Agam Islam.
4) Pengalaman peserta didik dalam menaati ajaran Islam.[8]
4. Metode
Metode mengajar adalah cara/teknik penyampaian materi pembelajaran yang harus dikuasai oleh Guru. Metode mengajar ditetapkan berdasarkan tujuan dan materi pembelajaran serta karakteristik anak.[9]
5. Kondisi
Kondisi adalah berbagai pengalaman belajar yang dirancang agar siswa dapat mencapai tujuan khusus seperti yang telah dirumuskan. Pengalaman belajar harus mendorong agar siswa aktif belajar baik secara fisik maupun nonfisik.
6. Sumber-sumber belajar
Sumber belajar berkaitan dengan segala sesuatu yang memungkinkan siswa dapat memperoleh pengalaman belajar. Di dalamnya meliputi lingkungan fisik seperti tempat belajar, bahan dan alat yang dapat digunakan, personal seperti guru, petugas perpustakaan dan ahli media, dan siapa saja yang berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung untuk keberhasilan dalam pengalaman belajar.
7. Hasil belajar
Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan. Dengan demikian, tugas utama Guru dalam kegiatan ini adalah merancang instrumen yang dapat mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa dapat mencapai tujuan pencapaian pembelajaran.
C. Kedudukan Sistem Pembelajaran PAI
Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada bab I tentang Kedudukan Umum Pasal 1 ayat (1) disebutkan bahwa:
”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencanauntuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.”[10]
Pada sekitar tahun 1946, Departemen Agama telah meletakkan cita-cita pemberdayaan masyarakat melalui optimalisasi pendidikan nasional, khususnya pendidikan keagamaan. Pengembangan pendidikan keagamaan semula memang dilakukan oleh masyarakat sendiri melalui berbagai perkumpulan dan organisasi kemasyarakatan dengan mencoba menyelenggarakan sistem pendidikan keagamaan dalam bentuk pesantren, diniyah, dan madarasah. Dinamika pendidikan tersebut, selain landasan pemerintah dalam menyusun strategi pengembangan pendidikan keagamaan, juga menjadi ciri khas dari program pendidikan di lingkungan Departemen Agama, yakni pendidikan yang mengekspresikan kebutuhan masyarakat dan yang dikelola bersama masyarakat.Namun sayangnya, keadaan pendidikan Islam dalam kurun waktu yang relatif lama masih saja belum mendapat perhatian serius dan pemerintah, perkembangannya dibiarkan begitu saja dikelola oleh masyarakat, sehingga keadaannya tetap termarginalkan.[11]
Sebelum menyusun perencanaan pengajaran, terlebih dahulu pendidik perlu mengenali kedudukan sistem pengajaran di sekolah. Pengenalan itu dimaksudkan agar pendidik atau calon pendidik memperoleh informasi yang relevan tentang komponen sistem pengajaran. Hal itu pada gilirannya dapat dijadikan sebagai bahan untuk merancang sistem pengajaran yang lebih baru.
Sekolah sebagai suatu sistem sosial dapat ditinjau dari dua fenomena. Fenomena pertama, berkenaan dengan lembaganya yang melaksanakan peranan dan fungsi, dan harapan-harapan tertentu yang mencapai tujuan-tujuan dari sistem itu. Yang kedua mengenai individu-individu yang berbeda dalam sistem, yang masing-masing memiliki kepribadian dan disposisi kebutuhan.[12]
Dalam rangka mewujudkan masyarakat budaya yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Pendidikan Nasional berfungsi sebagai alat:
1. Pengembangan pribadi,
2. Pengembangan warga negara,
3. Pengembangan kebudayaan, dan
4. Pengembangan bangsa.[13]
Dengan demikian, pendidikan nasional ini harus mampu membangun masyarakat yang bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang suka belajar dalam rangka mewujudkan pendidikan yang berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masayarakat.
A. Kesimpulan
1. Sistem pembelajaran adalah suatu kombinasi terorganisasi yang meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang berinteraksiuntuk mencapai suatu tujuan.
2. Komponen-komponen pembelajaran PAI yaitu: peserta didik, pendidik, tujuan, metode, kondisi, sumber-sumber belajar, dan hasil belajar.
3. Kedudukan sistem pembelajaran PAI sangatlah penting karena sangat berpengaruh bagi kelancaran proses pendidikan demi mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang lebih baik agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
B. Saran
Dengan adanya Sistem pembelajaran PAI maka proses pendidikan akan jauh lebih baik. Karena sistem memiliki komponen yang saling berkaitan antar satu sama lain yang memberikan pengaruh yang sangat besar bagi proses belajar mengajar. Oleh karena itu, partisipasi masyarakat juga sangat berpengaruh dalam meningkatkan mutu pendidikan.
[1]Prof. Dr. H. Wina Sanjaya, M.Pd., “Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran” (Cet.7; Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), h. 1-2
[2]https://nurfitriyanielfima.wordpress.com/2013/10/09/pendekatan-sistem-dalam-pembelajaran-pai/comment-page-1/
[3]Prof. Dr. H. Wina Sanjaya, M.Pd., “Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran” (Cet.7; Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), h. 2
[4]https://nurfitriyanielfima.wordpress.com/2013/10/09/pendekatan-sistem-dalam-pembelajaran-pai/comment-page-1/
[5]Prof. Dr. H. Wina Sanjaya, M.Pd., “Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran” (Cet.7; Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), h. 6
[6]Kementrian Agama (Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an), “Al-Qur’an dan Terjemahnya” (Cet. 5; Jakarta: Pustaka Sandro Jaya, 2012), h. 220
[7]Prof. Dr. H. Wina Sanjaya, M.Pd., “Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran” (Cet.7; Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), h. 10
[8]https://id.scribd.com/doc/22741793/KOMPONEN
[9]https://id.scribd.com/doc/22741793/KOMPONEN
[10]Abdul Rachman Shaleh, “Pendidikan Agama dan Penggunaan Watak Bangsa”. (Cet. 1; Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005), h. 35
[11]H. M. Hasbullah, “Kebijakan Pendidikan: Dalam Perspektif Teori, Aplikasi, dan Kondisi Objektif Pendidikan di Indonesia”. (Cet: 1; Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.2015), h. 213
[12]Prof. Dr. Oemar Hamalik, “Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Perndekatan Sistem”. (Cet. 7; Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), h. 22
[13]Prof. Dr. Oemar Hamalik, “Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Perndekatan Sistem”. (Cet. 7; Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), h. 23