Makalah Faktor Intelektual yang Mempengaruhi Pembelajaran


MAKALAH
FAKTOR INTELEKTUAL YANG MEMPENGARUHI
PEMBELAJARAN

Faktor Intelektual yang Mempengaruhi Pembelajaran

DI SUSUN OLEH:
FAKULTAS TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUD DA’WAH WAL IRSYAD
(STAI DDI) MANGKOSO, KABUPATEN BARRU
2015/2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nyalah kami dapat menyelesaikan Makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Penyusunan Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas psikologi pendidikan dengan pembahasan “faktor faktor intelektual yang mempengaruhi pembelajaran”. Tidak lupa pula kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Khairuddin, M.Hum selaku Dosen mata kuliah psikologi pendidikan yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap Makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam tugas ini terdapat banyak kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan agar penyusunan Makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih dan semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
                                                                                                                                                  

Mangkoso, 11 April 2016



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A.      Latar belakang....................................................................................
B.      Rumusan masalah...............................................................................
C.      Tujuan.................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A.      Pengertian Intelektual............................................................................
B.      Perkembangan intelektual....................................................................
C.      Faktor-faktor intelektual.......................................................................
BAB III PENUTUP
A.      Kesimpulan..........................................................................................
B.      Saran.....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................




BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Setiap manusia memiliki intelektual yang berbeda – beda dalam hal pembelajaran ataupun dalam hal wawasan. Namun, pada dasarnya jika kita membahas ke dalam proses pembelajarannya banyak sekali faktor – faktor intelektual individu yang dapat mempengaruhi tingkat belajar mereka sehingga sering kita temui bahwa antara individu yang satu dengan yang lain tingkat intelektualnya tidak akan sama.
Ketika baru lahir seorang anak sudah mempunyai kecerdasan, hanya sangat bergantung pada orang lain untuk memenuhi perkembangan hidupnya. Dalam perkembangannya anak makin meningkatkan berbagai kemampuan untuk mengurangi ketergantungan dirinya pada orang lain dan berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.
Perkembangan intelektual sering juga dikenal di dunia psikologi maupun pendidikan dengan istilah perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif manusia merupakan proses psikologis yang didalamnya melibatkan proses memperoleh, menyusun dan mengunakan pengetahuan serta kegiatan mental seperti berfikir, menimbang, mengamati, mengingat, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi dan memecahkan persolan yang berlangsung melalui interaksi dengan lingkungan. 
Intelektual berkembang sejalan dengan interaksi antara aspek perkembangan yang satu dengan aspek perkembangan yang lainnya dan antara individu yang satu dengan individu yang lainnya begitu juga dengan alamnya. Maka dengan itu peserta didik mempunyai kemampuan untuk belajar dan meningkatkan potensi kecerdasan dasa yang dimiliki.Namun, di dalam perjalanannya dalam interaksi tak luput dari berbagai macam faktor yang ada biasanya faktor – faktor tersebut sangat menentukan peserta didik dalam pencapaian kemampuan dalam belajar.
Berdasarkan pernyataan diatas, perlu di kaji mengenai perkembangan intelektual dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan intelektual. Oleh karena itu makalah ini dibuat untuk membahas mengenai masalah intelektual.
B.      Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah yang akan di bahas dalam makalah ini adalah :
1.       Apa pengertian dari intelektual?
2.       Bagaimana perkembangan intelektual ?            
3.       Apa faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan intelektual dalam pembelajaran?
C.      Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1.             Untuk mengetahui pengertian dari intelektual
2.             Untuk mengetahui perkembangan intelektual peserta didik sekolah dasar
3.             Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan intelektual



BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Intelektual

Menurut Mahfudin Shalahudin bahwa intelek adalah akal budi atau inteligensi yang berarti kemampuan untuk meletakkan hubungan-hubungan dari proses berpikir. Selanjutnya dikatakan bahwa orang yang intelligent adalah orang yang dapat menyelesaikan persoalan dalam tempo yang lebih singkat, memahami masalah lebih cepat,[1]dan cermat, serta mampu bertindak cepat.
Menurut English & English dalam bukunya ” A Comprehensive Dictionary of Psichological and Psychoalitical Terms” dalam Sunarto dan Hartono istilah intellect berarti: Kekuataan mental dimana manusia dapat berpikir Suatu rumpun nama untuk proses kognitif, terutama untuk aktivitas yang berkenaan dengan berpikir ( misalnya menghubungkan, menimbang, dan memahami) Kecakapan, terutama kecakapan yang tinggi untuk berpikir. [2]
Menurut kamus Webster New World Dictionary of the American Language, dalam Sunarto dan Hartono istilah intellect berarti: Kecakapan untuk berpikir, [3] mengamati atau mengerti; kecakapan untuk mengamati hubungan-hubungan.  Dengan demikian kecakapan berbeda dari kemauan dan perasaan Kecakapan mental yang besar, sangat intellegence, dan Pikiran atau inteligensi.
Istilah inteligensi, semula berasal dari bahasa Latin “intelligere” yang berarti menghubungkan atau menyatukan satu sama lain. Menurut William Stern salah seorang pelopor dalam penelitian intelektual, mengatakan bahwa intelektual adalah kemampuan untuk menggunakan secara tepat segenap alat-alat bantu dan pikiran guna menyesuaikan diri terhadap tuntutan-tuntutan baru. Sedangkan Leis Hedison Terman berpendapat bahwa intelelektual adalah kesangupan untuk belajar secara abstrak. Di sini Terman membedakan antara concret ability yaitu kemampuan yang berhubungan dengan hal-hal yang bersifat konkrit, dan abstract ability yaitu kemampuan yang berhubungan dengan hal-hal yang bersifat abstrak. Orang dikatakan inteligent menurut Terman jika orang tersebut mampu berpikir abstrak dengan baik.
Menurut William H Calvin, dalam How Brain Thinks (Bagaimana otak berpikir), Piaget mengatakan, “Intelligence is what you use when you don’t know what to do (Kecerdasan adalah apa yang kita gunakan pada saat kita tidak tahu apa yang harus dilakukan). Sehingga menurut Calvin, seseorang itu dikatakan smart jika ia terampil dalam menemukan jawaban yang benar untuk masalah pilihan hidup.[4]
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian intelektual yaitu akal budi. Sedangkan inteligensi yang berarti kemampuan untuk meletakkan hubungan dari proses berpikir, kemampuan untuk melakukan pemikiran yang bersifat abstrak atau tidak bisa di lihat (abstraksi), serta berpikir logis dan cepat sehingga dapat bergerak dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru. Orang yang intelligent adalah orang yang dapat menyelesaikan persoalan dalam waktu yang lebih singkat, memahami masalahnya lebih cepat dan cermat serta mampu bertindak cepat.[5]
B.      Perkembangan Intelektual
Piaget membagi tingkat perkembangan intelektual anak ke dalam 4 periode utama, yang berkorelasi dan semakin canggih seiring pertambahan usia yaitu : (1) tahap sensori motorik, (2) tahap berfikir praoperasional, (3) tahap berfikir operasional konkret, (4) tahap berfikir operasional formal. [6]
1Tahap Sensorik-Motorik
Selama tahapan sensorik-motorik (0-2 tahun), bayi mulai menampilkan perilaku reflektif, dengan melibatkan perilaku yang intelegen. Dengan demikian, kematangan seseorang terjadi dari interaksi sosial dengan lingkungan. Perilaku seorang bayi sangat mengandalkan gerakan refleksinya kemudian, pada masa 2 bulan berikutnya, bayi mulai belajar untuk membedakan objek yang ada di sekitarnya diawali dengan refleksinya untuk mengisap segala sesuatu yang ditemukan di sekelilingnya.
Perkembangan dari tahap sensorik-motorik pada anak –anak akan terlihat pada upayanya untuk melakukan gerakan tertentu diantara lingkungan sekitarnya.
Pada mulanya gerakan seorang bayi dilakukan secara spontan. Dorongan untuk melakukan gerakan tertentu selalu datang dari dirinya sendiri. Proses pembentukan pengetahuan pada anak-anak dimulai dari proses yang paling primitif, yairu mencoba mengulang-ulang bunyi yang didengarnya.
2. Tahap Berpikir Praoperasional
Selama tahapan praoperasional (2-7 tahun), pada akhir masa dua tahun dalam kehidupan anak, terjadi peningkatan kualitas kognitif yang disebut fase Praoperasional, fase ini adalah fase kedua dalam perkembangan kognitif anak.[7] perilaku intelektual bergerak dari tingkat sensorik-mtorik menuju ketingkat konseptual. Pada tahap ini terjadi perkembangan yang cepat dari keterampilan representasional termasuk di dalamnya kemampuan berbahasa, yang menyertai perkembangan konseptual secara cepat dari proses ini. Pikiran yang dimilik anak masih egosentris, dan belum mampu mengembangkan untuk hal lain. Mereka yakin bahwa apa yang mereka pikirkan adalah benar.
Jadi, selama masa tahap praoperasional seorang anak berkembang dari seorang sensorik-motorik ke skemata kemampuan yang baru, yaitu kecakapan representasional dan tingkah laku sosial dengan ciri-ciri khusus praoperasioanal. Begitu juga terjadi dengan cepat perkembangan egosentris bahasa percakapan, perkembangan efektif dengan munculnya responsitas (timba balik) serta perasaan moral sesuai dengan konsep anak-anak tentang peraturan dalam bermasyarakat dengan lingkungan sosialnya. Perkembangan ini bergerak terus ke skemata yang baru yang lebih maju pada tingkatan selanjutnya sesuai teori piaget yang lebih operasional konkret.
3. Tahap Berfikir Operasional Konkret
Tahap operasioanl konkret anak (7-11 tahun) berkembang dengan menggunakan berfikir logis. Anak-anak dapat memecahkan masalah konservasi dan masalah yang konkret. Anak anak dapat berfikir secara logis, tetepi belum mampu menerapkan secara logis masalah hipotetik dan abstrak.[8] perkembangan efektif utama selama tahap operasioanal konkret adalah konservasi perasaan. Perkembangan tersebut merupakan instrumental dalam meningkatkan regulasi dan stabilitas berfikir efektif. Dengan kata lain dapat dinyatakan  kostruksi konsep muncul dari intensional dan mengizinkan anak-anak untuk menyakini bahwa motif akan mampu membuat keputusan moral.
Tahap operasional konkret ini merupakan meupakan tahap transisi antara tahap berfikir formal (logika). Selama tahap operasional konkret perhatian anak mengarah kepada operasi logis yang sangat cepat. Tahap ini tidak lama dan didominasi oleh persepsi dan anak dapat memecahkan masalah dan mampu bertahan dengan pengalamannya. Kesuluruhan harus selalu diobservasi antara perkembangan kognitif dan efektif dalam setiap saat. Pertumbuhan anak dapat dilihat dari konsep moral. Seperti dia memahami peraturan, berbohong, perhatian,dan hukum.
4Tahap berfikir operasional formal
Selama tahap operasi formal(11-15 tahun), struktur kognitif menjadi matang secara kualitas, anak mulai dapat menerapkan operasi secara konkret untuk semua maslah yang dihadapi di dalam kelas. Anak dapat menerapkan berpikir secara logis dari masalah hipotesis yang berkaitan dengan masa yang akan datang. Anak anak dengan operasi formal dapat beroperasi dengan logika dari kebebasan argumen dari isinya. Secara logis benar-benar disediakan kepada anak sebagai alat berfikir. Selama puber, berfikir formal secara esensial ditandai oleh egosentris. Pada masa puber, individu mencoba mengembalikan semua perilaku pemikiran adalah logis dan mengalami kesulitan koordinasi dengan dunia yang dihadapi. Emergensi perasaan idealistik formasi personal berlanjut sebagai permulaan masa puber untuk beradaptasi terhadap dirinya untuk dunia dewasa.
C.      Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Intelektual
Intelektual orang satu dengan yang lain cenderung berbeda-beda. Hal ini kareana adanya beberapa faktor yang mempengaruhi intelektual antara lain sebagai berikut :
a.      Faktor pembawaan
Faktor pembawaan itu ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Dan batas kesaanggupan atau kecakapan seseoarang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan.[9]
b.      Faktor minat
Faktor ini mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan tersebut. Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan (motif) yang mendorong seseorang untuk berintraksi dengan dunia luar. Dari motif tersebut lama kelamaan menimbulkan minat terhadap sesuatu. Minat terhadap sesuatu ini akan mendorong seseorang untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.
c.       Faktor pembentukan
Faktor ini merupakan keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan.Faktor pembentukan ini dibedakan antara Pembentu-kan yang dilakukan dengan sengaja dan Pembentukan yang dilakukan dengan tidak sengaja.
d.      Faktor kematangan
Faktor ini merupakan keadaan di mana setiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ fisik maupun psikis dapat dikatakn telah matang apabila telah mencapai kesanggupan dalam menjalankan fungsinya masing masing. Faktor kematangan ini erat hubungannya dengan umur.[10]
e.       Faktor kebebasan
Faktor ini membuat seseorang dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Setiap orang memiliki kebebasan dalam memilih metode juga bebas dalam memilih masalah sesuai kebutuhannya. Dengan adanya kebebasan ini berarti bahwa minat itu tidak selamanya menjadi syarat dalam mendorong perbuatan seseorang. [11]  kelima faktor ini saling berkaitan satu dengan yang lain. Jadi, untuk menentukan intelektual atau kecerdasan seseorang, tidak dapat hanya berpedoman kepada salah satu faktor tersebut.

BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Intelektual yaitu kemampuan berpikir logis dan cepat sehingga dapat bergerak dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru dan membuat hubungan tanggapan, serta kemampuan memahami, menganalisis, mensintesiskan dan mengevaluasinya.
Perkembangan intelektual mengalami beberapa tahap yaitu periode sensorik-motorik (usia 0–2 tahun),  Periode praoperasional (usia 2–7 tahun), periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun), periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa).         
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan intelektual yaitu factor pembawaan atau genetic, factor gizi, faktor kematangan, kebebasan psikologis serta  minat dan pembawaan yang khas..
B.      Saran
Kita sebagai calon guru, harus dapat mengetahui segala sesuatunya tentang intelektual. Karena supaya kita dapat memantau selalu perkembangan intelegensi yang dialami anak-anak didik kita.

DAFTAR  PUSTAKA

Adi, Yusnan. (2009). Perkembangan Intelek. [online] tersedia di: http://yusnan3.blogspot.com/
Ali, Mohammad & Ansori, Mohammad. 2000. Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta Didik). Bandung: Bumi Aksara.
Iskandar. (2009). psikologi pendidikan. Ciputat : Gaung Persada (GP) Press.
Ngalim,M. (2004). Psikologi Pendidikan. Bandung:PT Remaja Rosdakaya.
Oemar,Hamali. (2004). Psikologi Belajar Dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Piaget, J. 1947.  La Psychologie de Intelligene. Paris: Librairie Armand Colin.
Rakhmat,Cece,dkk. (2006). Psikologi Pendidikan. Bandung: UPI Press.
Suryabrata, Suwandi. (1982). Psikologi Pendidikan. Jakarta: CV Rajawali.
Sunarto & Hartono.(2006). Perkembangan Peserta Didik.Jakarta: PT.Asdi Mahasatya.
Syah,Muhibbin. (1995). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Jamaris, Martini. 2013. Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan. Bogor:Ghalia Indonesia.



[1] Mohammad Asrori, psikologi pembelajaran, (Bandung :  CF Wacana Prima, 2009)  hlm. 48.
[2]Sunarto & Hartono,  perkembangan peserta didik,  (Jakarta : PT.Asdi Mahasatya, 2006) hlm. 99
[3] Ibid. hlm. 99.
[4]Agus Efendi, Revolusi Kecerdasan Abad 21, (Bandung: Alfabeta, 2005) hlm. 83
[6] Prof. Dr. H. Djaali Psikologi pendidikan , (Jakarta : Bumi Aksara, 2011),  hal 68.
[7] Prof. Dr. Martini Jamaris, M. Sc.  Ed, “Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan” (Bogor:Ghalia Indonesia, 2013), hlm. 27
[9]Suardika, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intelegensi”, https://aritmaxx.wordpress.com/2010/03/28/faktor-fakor-yang-mempengaruhi-intelegensi/, pada tanggal 28 Maret 2010.
[10] Arnima Bruria, “faktor yang mempengaruhi intelegensi”, http://arnimabruria.blogspot.co.id/2012/08/faktor-yang-mempengaruhi-inteligensi.html.
[11] Prof. Dr. H. Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2011),  hal 74-75.

Iklan Atas Artikel

Adnow April 22

Adnow April 22

Iklan Bwah Artikel (Adnow)